tag:blogger.com,1999:blog-82496168853222556392024-02-20T01:39:46.954-08:00tentang tanaman hiyasperkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.comBlogger20125tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-7725392725926192322010-02-26T11:07:00.002-08:002010-02-26T11:08:16.377-08:00By. Nasa-AsianBrain.com Content Team<h1 id="main-title">Anggrek</h1> <!--<p class="style2">Oleh: <a href="http://www.asianbrain.com">AsianBrain.com</a> Content Team </p>--> <p class="style2">Oleh: <a href="http://www.asianbrain.com/">AsianBrain.com</a> Content Team</p> <!-- <div style="float:left;margin:16px 18px 3px 0;"> <a href="http://www.asianbrain.com" target="_blank"> <embed src="'http://www.anneahira.com/images/bisnis-online250.swf?affcode="999999'" menu="'false'" quality="'high'" width="'250'" height="'250'" type ="'application/x-shockwave-flash'"></embed> </a> </div> --> <p class="style2"> </p><div class="content-artikel"> <div class="content-artikel"> <div class="content-artikel"> <div class="content-artikel"> <div class="content-artikel"> <div class="content-artikel"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><strong>By. Nasa-AsianBrain.com Content Team<br /></strong></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><strong>B</strong>unga yang memiliki penampilan yang elegan dan anggun ini merupakan satu suku tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Bentuknya sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Beberapa diantaranya memiliki aroma yang lembut, membuat anggrek tak pernah lekang oleh waktu. <a href="http://www.anneahira.com/bunga/jenis-jenis-bunga.htm">Bunga</a> eksotik ini dapat menjadi hadiah sempurna untuk berbagai kesempatan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><br /></span></p> <div class="content-artikel"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="text-decoration: underline;">Jenis anggrek</span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Terdapat lebih dari 25.000 spesies anggrek dan lebih dari 100.000 hibrida. Beberapa orang merujuk hal ini sebagai "jenis anggrek", tetapi sebenarnya hanya ada dua jenis anggrek. Diantaranya adalah jenis <em>terrestrial orchids</em> (anggrek yang hidup di daratan) dan <em>epiphytes orchids</em> (anggrek benalu). </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><em>Terrestrial orchids</em> termasuk spesies anggrek yang tumbuh di atas tanah. Sedangkan <em>Epiphytes</em> adalah jenis anggrek yang tumbuh di pohon. Baik <em>Terrestrials</em> dan <em>epiphytes</em> dapat tumbuh dengan salah satu dari dua cara yaitu dengan memunculkan tunas baru di samping tumbuhan asli sehingga menyebabkan adanya pertumbuhan anggrek yang menyebar, atau pertumbuhan baru dapat ditambahkan ke puncak, sehingga meningkatkan ketinggian dari anggrek.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Kedua jenis anggrek tersebut sangat terkenal diantara para penggemar bunga. Beberapa spesies <em>terrestrial orchid </em>terkenal, diantaranya <em>Cymbidium</em> dan <em>Calopogon</em>. Dan beberapa <em>epiphytes</em> populer adalah <em>Dendrobiums</em> dan <em>Bulbophyllums.</em> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Tentu saja, dua jenis anggrek itu juga diwakili oleh anggrek langka. Karena popularitas dari bunga ini, ada beberapa jenis anggrek langka yang terancam punah karena pengrusakan habitat atau adanya penyelundupan. Karena tingginya harga dari anggrek langka yang dapat diambil di beberapa pasar, ada beberapa anggrek langka telah menjadi punah. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="text-decoration: underline;">Terrestrial orchids</span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Dari dua jenis anggrek, <em>terrestrial orchid</em> merupakan spesies yang paling dicari. Jenis <em>Terrestial orchid</em> termasuk jenis <em>cymbium.</em> Anggrek <em>Cymbidium</em>, misalnya, ada 40 jenis dan ribuan hirbida. Ini adalah salah satu jenis anggrek yang dapat diolah. Mereka dapat berkembang di lapangan dan juga bisa tumbuh di pohon-pohon dan batu. Habitat alami mereka meluas dari Asia tenggara ke Jepang dan Australia.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Salah satu alasan anggrek <em>Cymbidium</em> begitu populer adalah mereka yang mudah tumbuh. Anggrek <em>Cymbidium</em> adalah pilihan populer untuk pemula dan mereka akan menghasilkan bunga yang indah setiap tahun tentunya dengan perawatan yang tepat. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="text-decoration: underline;">Epiphytes</span></span></strong></p> <p class="MsoNormal"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Istilah <em>epiphytes</em> tidak dilindungi undang-undang untuk jenis anggrek. Ia merujuk kepada tanaman yang memiliki sistem akar di atas tanah. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><em>Dendrobiums</em> dikenal merupakan species yang terbaik dari jenis anggrek ini. Terdapat lebih dari 1000 jenis <em>Dendrobiums</em> dan mereka berasal dari India Utara, Asia Tenggara, Australia dan Polinesia. Daerah dengan iklim tropis ini biasanya hangat, lembab sehingga cocok untuk jenis <em>Epiphyte orchid</em> tumbuh. <em>Phalaenopsisconditions </em>merupakan salah satu diantaranya. Biasanya Dendrobiums tumbuh baik bila dirawat dengan suhu hangat dan lembab.<em>Dendrobiums</em> juga mudah untuk tumbuh tetapi membutuhkan perawatan yang lebih daripada <em>Cymbidiums</em>, selain itu <em>Dendrobiums</em> juga tidak berbunga secara teratur.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Spesies <em>epiphyte</em> lain yang juga populer adalah <em>Phalaenopsis</em>. <em>Phalaenopsis</em> (juga disebut <em>Phals</em>) merupakan bunga yang tahan lama dan mudah untuk tumbuh. Sering terlihat di acara pernikahan dan memiliki berbagai warna termasuk pink, kuning, dan bergaris-garis (stripes). </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Dengan pembawaannya yang anggun, Anggrek cantik ini cocok untuk acara-acara khusus atau hari peringatan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="text-decoration: underline;">Perawatan Anggrek</span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Untuk merawat bunga Anggrek tidaklah sulit, berikut ini beberapa panduan sederhana yang dapat membuat Anggrek Anda selalu mekar setiap tahunnya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">- Simpan bunga Anggrek ditempat teduh dan memiliki ventilasi baik, jauhkan dari radiator, pendingin udara (ac) dan angin kencang. Untuk membantu menjaga tingkat kelembaban dengan baik, atur tanaman pada baki yang berkerikil dan berair sehingga pot tanaman Anggrek berada diatas baki air. Hal ini dapat mencegah akar dari kebusukan, dan dapat meratakan kelembaban.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">- Bunga Anggrek memperoleh air dari kelembaban rata-rata di atmosfir (air diperoleh dari hujan, tetesan, embun, atau uap air di udara), mereka tidak menyerap air dengan cara tradisional seperti dari akar dan tanah. Untuk stabilitas, anggrek sering membusuk jika akarnya berkembang di media yang terlalu basah. Pilih media yang dapat menyerap air tapi tidak menyimpan air, kombinasi media dapat dilakukan agar didapatkan sifat-sifat yang pas.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Jadi, jangan lupa untuk memperhatikan hal tersebut. <span style="font-family: Wingdings;">:-)</span></span></p> </div> </div> </div> </div> </div> </div></div> <b>Tentang Penulis</b>: AsianBrain.com Content Team. Asian Brain adalah pusat pendidikan Internet Marketing PERTAMA & TERBAIK di Indonesia. Didirikan oleh Anne Ahira yang kini menjadi ICON Internet Marketing Indonesia. Kunjungi situsnya: <a href="http://www.asianbrain.com/" target="_blank">www.AsianBrain.com</a>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-15221382467462448712010-02-26T11:07:00.001-08:002010-02-26T11:07:28.639-08:00. PANEN DAN PASCA PANEN<h2>Budidaya Tanaman Anggrek</h2> <h3>F. PANEN DAN PASCA PANEN</h3> <p>Keistimewaan tanaman anggrek terletak pada penampilannya saat konsumsi, sehingga usaha untuk mempertahankan mutu penampilan selama mungkin menjadi tujuan utama penanganan pasca panen dan pasca produksi. Untuk melaksanakan upaya tersebut perlu dipahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi mutu pasca panen atau pasca produksi tanaman anggrek. Faktor yang mempengaruhi mutu pasca panen anggrek bunga potong adalah tingkat ketuaan bunga, suhu, pasokan air dan makanan, etilen dan kerusakan mekanis dan penyakit. Sedangkan yang mempengaruhi anggrek pot antara lain kultivar, stadia pertumbuhan, cahaya, medium, pemupukan, temperatur dan lama pengangkutan.</p> <ol type="1"><li><strong>Bunga Anggrek Potong</strong> <ol type="a"><li>Ketuaan Bunga <p>Selama ini bunga anggrek dipanen setelah 75%-80% bunga telah mekar terutama pada anggrek Dendrobium sp. Adakalanya pada jenis anggrek tertentu, seperti Cattleya sp., bunga dipanen 3 sampai 4 hari setelah mekar, karena bunga yang dipotong prematur akan gagal untuk mekar. Saat pemanenan perlu diperhatikan penularan penyakit virus dari satu pohon ke pohon lain. Sebaiknya alat pemotong hendaknya disterilkan lebih dulu sebelum digunakan lagi pada pohon berikutnya. </p></li><li> Temperatur <p>Bunga potong Cymbidium sp. dan Paphiopedilum sp. dapat bertahan selama 3 minggu pada temperatur 330–350 F (10 C) dan 6 sampai 7 minggu bila tetap di pohon. Jenis Cymbidium sp., Cattleya sp., Vanda sp., Paphiopedilum sp. dan Phalaenopsis sp. umumnya bisa bertahan sampai 2 minggu kalau disimpan pada suhu 5–70 C, sedangkan Dendrobium sp. potong cukup disimpan pada temperatur 10–130 C. </p></li><li>Pasokan Air dan Hara <p>Bunga anggrek potong peka terhadap kekeringan. Air yang hilang setelah bunga dipanen harus segera diimbangi dengan larutan perendam yang mengandung air dan senyawa lain yang diperlukan. Penggunaan berbagai senyawa kimia pengawet yang dilarutkan dalam air dianjurkan untuk memperpanjang kesegaran bunga potong. </p></li><li>Etilen dan Kerusakan Mekanis <p>Usahakan untuk menjauhkan bunga anggrek potong dari sumber/tempat kebocoran gas, asap, pemeraman buah dan kumpulan bunga yang sudah rusak dan layu. Ruangan untuk penanganan pasca panen (sortasi/grading dan pengemasan) hendaknya berventilasi baik. Kepekaan terhadap gas etilen dapat dikurangi dengan pemberian suhu dingin, baik setelah panen maupun setelah pengiriman. Bunga potong harus segera dikeluarkan dari wadah pengemasnya dan diletakkan pada ruangan dingin yang bersuhu cocok untuk bunga anggrek. </p></li><li>Penyakit <p>Bunga anggrek potong peka terhadap penyakit, tidak saja karena berpetal agak rapuh, tetapi juga terdapatnya cairan madu yang bergizi yang sangat baik untuk pertumbuhan patogen. Kerusakan akibat penyakit ini dapat dihindari dengan managemen kebersihan yang baik di rumah kaca maupun di kebun, pengendalian temperatur, dan minimalisasi terjadinya kondensasi pada bunga potong. </p></li></ol> </li><li><strong>Tanaman Anggrek Pot Berbunga Indah</strong> <ol type="a"><li>Kultivar <p>Berbagai karakter morfologi, seperti warna bunga, jumlah kuntum bunga dan waktu berbunga telah digunakan untuk mengevaluasi kultivar baru industri bunga. Kriteria tersebut merupakan faktor-faktor penting dalam menciptakan kultivar baru. Pada masa yang akan datang kriteria toleransi terhadap kondisi pengangkutan, tingkat cahaya interior yang rendah, etilen dan pendinginan perlu pula dimasukkan ke dalam penilaian. </p></li><li>Stadia Pertumbuhan <p>Stadia pertumbuhan (umur) tanaman pot anggrek berbunga indah pada saat dipasarkan merupakan faktor utama yang mempengaruhi penampilan tanaman tersebut di dalam ruangan. Perlu diperhatikan bahwa stadia yang tepat untuk pemasaran tergantung dari waktu yang diperlukan untuk memperoleh tanaman. Umumnya tanaman dengan banyak bunga mekar lebih sulit dalam pengangkutan, lebih peka terhadap etilen dan lebih mudah rusak dari pada tanaman yang diangkut dalam stadia yang bunganya masih kuncup atau persentase bunga yang mekar masih rendah. </p></li><li>Temperatur <p>Temperatur perlu diturunkan selama siklus 2–3 minggu terakhir untuk memperkuat warna bunga dan meningkatkan kandungan karbohidrat tanaman, sehingga dapat mengakibatkan ketahanan simpan. Semua tanaman pot berbunga indah akan lebih tahan pada temperatur yang lebih rendah dan kisarannya sangat tergantung pada jenis tanaman. Selanjutnya tanaman berbunga yang ditempatkan pada temperatur 270 C atau lebih tinggi, umumnya mempunyai warna bunga lebih pudar, batang/tangkai lebih tinggi, daun cepat menguning dan rontok. </p></li><li>Media <p>Media berstruktur remah yang mudah dibasahi kembali oleh konsumen atau penata ruang sangat penting untuk menghasilkan penampilan optimum dari tanaman berbunga indah di dalam ruangan. Sejumlah gel polimer dapat digunakan untuk mempertahankan kelembaban media dan mencegah tanaman dalam ruangan menjadi kering. Irigasi dengan menggunakan wetting agent pada saat pemasaran berguna untuk memudahkan pembasahan kembali media. </p></li><li>Pemupukan <p>Nisbah N : K yang dianjurkan 1 : 1 sampai 3 minggu sebelum pembungaan, diubah menjadi 0,5 : 1. Nisbah ini mencegah masalah keracunan amonia dan meningkatkan masa simpan. </p></li><li>Kepekaan Terhadap Etilen <p>Tanaman pot anggrek berbunga indah peka terhadap etilen. Gejala yang ditimbulkan adalah kerontokan daun, kuncup dan bunga, dan kelayuan bunga, epinasti, peningkatan kerentaan terhadap mikroba dan aborsi bunga / kuncup.</p> <p>Salah satu cara efektif untuk mengurangi kepekaan terhadap etilen, yaitu dengan menurunkan temperatur selama pengangkutan. Cara lain yang digunakan secara komersial adalah dengan penyemprotan daun menggunakan senyawa antagonis terhadap etilen, sehingga dapat menekan produksi etilen dalam bunga, serta mengurangi pengaruh buruk etilen. </p></li><li>Pengairan <p>Kurangnya penyiraman tanaman yang berbunga indah serta membiarkannya layu akan menurunkan umur peragaan. Sebaliknya kelebihan air akan menyebabkan rusaknya akar, sehingga tanaman cepat rusak. Sebaiknya tanaman diairi tiap hari atau tiap dua hari sekali, tergantung pada tingkat cahaya, temperatur dan kelembaban, juga ukuran dan media tumbuh. Pengairan dilakukan terhadap media tanpa membasahi bunga dan daun.</p> </li><li>Cahaya <p>Cahaya optimum yang diperlukan oleh tiap tanaman harus dipertahankan untuk menghasilkan tanaman yang mempunyai masa penampilan yang lebih baik, jumlah bunga maksimum, pembentukan daun yang sempurna, warna bunga indah, dan tinggi tanaman yang memadai. Umumnya tanaman pot berbunga indah akan membentuk bunga dalam jumlah maksimum dengan warna yang indah pada kondisi ruang bercahaya tinggi, meskipun cahaya matahari langsung dihindari.</p> </li></ol> </li></ol>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-2716412822345691612010-02-26T11:05:00.000-08:002010-02-26T11:06:39.350-08:00PENGAMATAN DAN PENGENDALIAN OPT<h2>Budidaya Tanaman Anggrek</h2> <h3>E. PENGAMATAN DAN PENGENDALIAN OPT </h3> <ol type="1"><li> Hama <ol type="a"><li> Tungau Merah Tennuipalvus orchidarum Parf.<br />Ordo : Acarina<br />Famili : Tetranychidae<br />1) Tanaman Inang :<br />Jenis-jenis yang dapat diserang hama ini adalah Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Orchidium sp., Vanda sp. dan Granatophyllium sp., kapas, kacang-kacangan, jeruk, dan gulma terutama golongan dikotil.<br />2) Gejala Serangan :<br />Tungau sangat cepat berkembang biak dan dalam waktu singkat dapat menyebabkan kerusakan secara mendadak. Bagian tanaman yang diserang antara lain tangkai daun dan bunga. Tangkai yang diserang akan berwarna seperti perunggu. Pada permukaan atas daun terdapat titik/bercak berwarna kuning atau coklat, kemudian meluas dan seluruh daun menjadi kuning. <p>Pada permukaan bawah berwarna putih perak dan bagian atas berwarna kuning semu. Pada tingkat serangan lanjut daun akan berbercak coklat dan berubah menjadi hitam kemudian gugur. Pada daun Phalaenopsis sp. mula-mula berwarna putih keperakan kemudian menjadi kuning. Hama ini dapat berjangkit baik pada musim hujan maupun musim kemarau, namun umumnya serangan meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan serangan berkurang karena terbawa air. Kerusakan dapat terjadi mulai dari pembibitan.</p> <p>3) Biologi :</p> <p>Tungau berwarna merah, berukuran sangat kecil yaitu 0,2 mm sehingga sukar untuk dilihat dengan mata telanjang. Tungau dapat dijumpai pada daun, pelepah daun dan bagian-bagian tersembunyi lainnya. Telur tungau berwarna merah, bulat dan diletakkan membujur pada permukaan atas daun. </p></li><li> Kumbang Gajah Orchidophilus aterrimus (= Acythopeus) aterrimus Wat. <p>Ordo : Coleoptera</p> <p>Famili : Curculionidae</p> <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Jenis anggrek yang diserang adalah anggrek epifit antara lain Arachnis sp., Cattleya sp., Coelogyne sp., Cypripedium sp., Dendrobium sp., Cymbidium sp., Paphiopedilum sp., Phalaenopsis sp., Renanthera sp., dan Vanda sp.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Kumbang bertelur pada daun atau lubang batang tanaman. Kerusakan terjadi karena larvanya menggerek daun dan memakan jaringan di bagian dalam batang sehingga mengakibatkan aliran air dan hara dari akar terputus serta daun-daun menjadi kuning dan layu. Kerusakan pada daun menyebabkan daun berlubang-lubang. Larva juga menggerek batang umbi, pucuk dan batang untuk membentuk kepompong, sedangkan kumbang dewasa memakan epdermis/permukaan daun muda, jaringan/tangkai bunga dan pucuk/kuntum sehingga dapat mengakibatkan kematian bagian tanaman yang dirusak. Serangan pada titik tumbuh dapat mematikan tanaman. Pada pembibitan Phalaenopsis sp. dapat terserang berat hama ini. Seangan kumbang gajah dapat terjadi sepanjang tahun, tetapi paling banyak terjadi pada musim hujan, terutama pada awal musim hujan tiba.</p> <p>3) Biologi :</p> <p> Kumbang berwarna hitam kotor/tidak mengkilap dengan ukuran bervariasi 3,5-7 mm termasuk moncong. Kumbang bertelur pada daun atau lubang pada batang tanaman. Larva menggerek ke jaringan batang atau masuk ke pucuk/kuncup dan tangkai sampai menjadi pupa. </p> <p>Fase larva (ulat), pupa (kepompong) sampai dewasa (kumbang) berlangsung dalam pseudobulb. Larva yang baru menetas menggerek pseudobulb, makan dan tinggal di dalam pseudobulb tersebut. Pupa terbungkus oleh sisa makanan dan terletak di rongga bekas gerekan di dalam pseudobulb.</p> </li><li> Kumbang Penggerek Omobaris calanthes Mshl. <p>Ordo : Colepotera </p> <p>Famili : Curculionidae</p> <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Jenis anggrek yang diserang terutama adalah anggrek tanah terutama jenis Calanthe sp. dan Phajus sp.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Berbeda dengan kumbang gajah, larva kumbang ini menggerek masuk ke jaringan akar/umbi, pucuk dan tangkai bunga sehingga dinding gerekan menjadi hitam. Sedangkan kumbang dapat dijumpai di bagian tengah tanaman di antara daun bawah. Serangga membuat sejumlah lubang, seringkali berbaris di daun dan juga tunas utama yang masih terlipat yang kemudian dapat patah dan mati. Pada tahap awal seringkali merusak akar tanaman dan pada saat bunga masih kuncup. Serangan berat menyebabkan tanaman terlihat merana dan dapat mematikan tanaman anggrek secara keseluruhan.</p> <p>3) Biologi :</p> <p>Pertumbuhan larva dapat mencapai panjang 5 mm.</p> </li><li> Kumbang Penggerek Akar Diaxenes phalaenopsidis Fish. <p>Ordo : Coleoptera</p> <p>Famili : Cerambycidae</p> <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Larva maupun kumbang ini dapat menyerang tanaman anggrek Renanthera sp., Vanda sp., Dendrobium sdp., Oncidium sp. dan lebih khusus anggrek Phalaenopsis sp.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Larva menggerek akar sehingga akar mengering dan dapat mengakibatkan kematian. Larva juga menyerang bunga. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini akan sangat berat jika tidak segera dikendalikan.</p> <p>3) Biologi :</p> <p>Telur berwarna hijau terang dengan panjang 2,4 mm dan diletakkan di bawah kutikula akar. Larva berwarna kuning dan membentuk pupa dalam suatu kokon yang berserabut/berserat padat. Kumbang dapat hidup sampai 3 bulan dan daur hidup mencapai 50-60 hari. Pada siang hari kumbang ini bersembunyi dan pada malam hari memakan daun bagian atas dan meninggalkan potongan/bekas gerekan yang tidak beraturan di permukaan.</p> </li><li> Kumbang Penggerek Oulema (= Lema) pectoralis Baly. <p>Ordo : Coleoptera</p> <p>Famili : Chrysomelidae</p> <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Arachnis sp., Grammatophyllum sp., Vanda sp., Phalaenopsis sp., Calanthes sp. dan kadang-kadang menyerang Dendrobium sp.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Larva membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga dan bunga. Serangga dewasa juga dapat memakan daun.</p> <p>3) Biologi :</p> <p>Kumbang berwarna hijau kekuningan. Tubuhnya diselubungi busa yang berwarna hijau tua. Larvanya membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga dan bunganya. Kumbang mempunyai tipe criocerin sepanjang punggung dan pronotum yang sempit. Serangga dari famili ini berasosiasi dengan rumput-rumputan dan monokotiledon lain. Larva yang semula berwarna abu-abu, dengan meningkatnya umur, akan berubah menjadi kuning. Tubuh larva senantiasa tertutup oleh kotorannya sendiri. Telur diletakkan terpisah-pisah pada bunga dan petiola. Telur berwarna kuning kehijauan dengan panjang 1,25 mm. Larva yang baru menetas membawa kulit telur di punggungnya. Daur hidup mencapai 30 hari.</p> </li><li> Kutu Perisai Parlatoria proteus Curt. <p>Ordo : Hemiptera</p> <p>Famili : Diaspididae</p> <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Kutu ibi tersebar luas dan terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan jenis-jenis anggrek tanah, dan palem.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Tanaman yang terserang berwarna kuning merana, kadang-kadang daun berguguran.</p> <p>3) Biologi :</p> <p>Kutu mempunyai perisai berwarna coklat merah berukuran + 1,5 mm, kutu dewasa berwarna gelap berbentuk bulat, pipih, melekat pada bagian tanaman terserang. Telurnya diletakkan di bawah perisai/tempurung, sehingga tidak terlihat dari atas. Larva tidak bertungkai, berbentuk bulat. Kutu dewasa betina tidak bersayap sedangkan yang jantan bersayap.</p> </li><li> Pengorok Daun Gonophora xanthomela ( = Agonita spathoglottis) <p>Ordo : Coleoptera</p> <p>Famili : Chrysomelidae</p> <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Hama ini menyerang jenis-jenis anggrek Phalaenopsis amabilis, Vanda tricolor, V. coerulea, Arundina sp. dan Aspathoglottis sp.</p> <p>2) Gejala Serangan</p> <p>Larva mengorok bagian dalam daun dan meninggalkan bagian epidermis sehingga daun tampak transparan. Serangan berat terjadi pada musim hujan.</p> <p>3) Biologi :</p> <p>Kumbang berukuran 6 mm, terdapat tanda hitam dan oranye. Telur diletakkan pada permukaan bawah daun dan ditutupi kotoran. </p></li><li> Ulat Bunga Chliaria othona <p>Ordo : Lepidoptera</p> <p>Famili : Lycaenidae</p> <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Ulat ini menyerang jenis-jenis anggrek Dendrobium sp., Phalaenopsis sp., Arundina sp., Phajus sp.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p> Ulat memakan bunga atau pucuk anggrek. Setelah menetas dari telur segera masuk dan merusak ke dalam pucuk sampai ke bunga.</p> <p>3) Biologi :</p> <p>Ulat berbentuk pipih. Larva yang baru menetas dari telur masuk ke dalam pucuk sampai bunga. Stadia pupa terjadi di daun dan umbi-umbian dalam lapisan anyaman dan pupa berbalut lapisan sutera.</p> </li><li> Pemakan Daun Negeta chlorocrota Hps. <p>Ordo : Lepidoptera</p> <p>Famili : Noctuidae</p> <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Kerusakan paling banyak pada Dendrobium sp., dan Arachnis sp.. dan serangga juga dijumpai pada Phalaenopsis sp. dan aneka anggrek liar.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Larva memakan daun muda dan meninggalkan potongan-potongan daun yang putih dan transparan. Kerusakan disebabkan oleh instar selanjutnya pada daun yang lebih tua. Pucuk-pucuk muda juga diserang. Pada populasi tinggi larva menggerogoti daun, potongan oval dari daun yang tertinggal di atas dan digunakan untuk membentuk tempat pupa.</p> <p>3) Biologi :</p> <p>Ulat merupakan semi penggulung daun anggrek. Ulat instar lanjut berwarna hijau pudar dengan garis gelap membujur dan empat tanda di punggung. Seta (bulu) panjang tumbuh dari kecil dan hitam. Panang larva + 35 mm. Ngengat muda tidak terbang sangat jauh. Telur berduri dan dijumpai di daun, pucuk dan bunga. Di Bogor siklus hidup mencapai 38 hari.</p> </li><li> Kutu Putih Pseudococcus sp. <p>Ordo : Hemiptera</p> <p>Famili : Pseudococcidae</p> <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Hama ini tersebar luas dan merupakan hama penting pada tanaman buah-buahan dan tanaman hias.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Pada Dendrobium sp., kutu menyerang ujung akar, bagian daun sebelah bawah dan batang. Bagian tanaman terserang akan berwarna kuning dan akhirnya mati karena hama ini mengisap cairan sel.</p> <p>Pada Phalaenopsis sp., kutu menyerang ketiak daun di sekitar titik tumbuhnya, sehingga menyebabkan tanaman mati.</p> <p>3) Biologi :</p> <p>Seluruh tubuh tertutup oleh lilin termasuk tonjolan pendek yang terdapat pada tubuhnya. Kutu berwarna coklat kemerahan, panjang 2 mm, dan memproduksi embun madu sehingga menarik bagi semut untuk berkumpul. Kutu memperbanyak diri melalui atau tanpa perkawinan (partenogenesis). Perkembangan satu generasi memerlukan waktu selama 36 hari.</p> </li><li> Siput Setengah Telanjang (Slug) Parmarion pupillaris <p>Phyllum : Mollusca</p> <p>1) Tanaman Inang : </p> <p>Bersifat polifag, selain menyerang anggrek juga pada kol, sawi, tomat, kentang, tembakau, karet dan ubi jalar. </p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Siput memakan daun dan membuat lubang-lubang tidak beraturan. Seringkali ditandai dengan adanya bekas lendir sedikit mengkilat dan kotoran. Akar dan tunas anakan juga diserang. Seringkali merusak pesemaian atau tanaman yang baru saja tumbuh. Siput juga makan bahan organik yang telah membusuk atauun tanaman yang masih hidup.</p> <p>3) Biologi :</p> <p>Siput tidak memiliki cangkok, berukuran panjang 5 cm, berwarna coklat kekuningan atau coklat keabuan. Rumah pada punggungnya kerdil dan sedikit menonjol. Siput tidak beruas, badannya lunak, bisa mengeluarkan lendir, berkembang biak secara hermaprodit namun sering juga terliha mereka mengadakan perkawinan dengan sesama. Siput menyukai kelembaban. Telur diletakkan pada tempat-tempat yang lembab. Siput biasanya pada waktu siang hari bersembunyi di tempat yang teduh dan aktif mencari makan pada malam hari. Alat untuk makan berbentuk seperti lidah yang kasar seperti parut yang disebut radula.</p> </li><li> Siput Telanjang Vaginula bleekeri atau Filicaulis bleekeri <p>Phyllum : Mollusca</p> <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Selain menyerang anggrek, juga merusak pesemaian sayuran seperti kol, sawi, tomat dan tembakau.</p> <p> 2) Gejala Serangan :<br />Gejala serangan mirip Parmarion. Siput menyerang tanaman pada waktu malam hari. Bagian tanaman yang diserang adalah daun dan pucuk-pucuknya.</p> <p>3) Biologi :</p> <p>Bentuk siput seperti lintah, berwarna coklat keabuan, pada punggungnya terdapat bercak-bercak coklat tua yang tidak teratur dan ada sepasang garis memanang, panjang tubuh + 5 cm.</p> </li><li> Bekicot Achatina fulica atau A. variegata <p>Phyllum : Mollusca</p> <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Bekicot selain merusak tanaman anggrek, juga tanaman bunga bakung, bunga dahlia, pepaya, tomat.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Bekicot banyak merusak seluruh bagian tanaman dengan memakan daun dan bagian tanaman lain. Selain itu juga makan tanaman yang telah mati.</p> <p>3) Biologi : </p> <p>Bekicot mempunyai cangkok (rumah), dengan ukuran panjang + 10-13 cm. Pada waktu siang hari bekicot ini sering istirahat pada batang pepaya, pisang dan dinding rumah. Pada waktu malam hari mencari makanan. Siang hari mencari tempat perlindungan di lubang tanah, kaleng atau bambu. Bila diganggu mereka akan menarik kepalanya ke dalam rumahnya. Kadang-kadang dapat mengeluarkan suara. Pada waktu musim kemarau yang panjang dan udara panas, kepala dan seluruh badan dimasukkan dalam rumah dan lubangnya ditutup dengan suatu lapisan membran yang tebal hingga ia dapat bertahan hidup selama musim kemarau + 6 bulan. Bila musim hujan tiba dalam beberapa jam mereka dapat segera mengakhiri masa istirahatnya dan mulai mencari makanan. Bekicot yang baru saja menetas bisa tahan tidak makan selama 1 bulan. Bekicot yang besar bisa tahan terendam air tawar selama 12 jam, tetapi kalau air mengandung garam bekicot akan mati dengan pelan-pelan. Telurnya berwarna kuning dengan diameter + 5 mm, biasanya terdapat dalam kelompok telur yang jumlahnya 100-500 butir gumpalan telur yang diameternya bisa sampai + 5 cm. Biasanya terletak di bawah batu, tanaman atau dalam tanah gembur. Telur ini akan menetas dalam 10-14 hari.</p> </li><li> Tungau Jingga Anggrek Pseudoleptus vandergooti (Oud)<br />Ordo : Acarina<br />Famili : Tertranychidae <p>1) Tanaman Inang :<br />Anggrek Dendrobium sp. sangat peka terhadap serangan tungau jingga.<br />2) Gejala Serangan :</p> <p>Serangan hama ini mengakibatkan daun dan jaringan batang berubah warna.</p> <p>3) Biologi :</p> <p> Tungau berukuran 0,3 mm, hidup berkoloni pada daun-daun yang mati. </p></li><li> Thrips Anggrek Dichromothrips (= Eugniothrips) smithi (Zimm)<br /> Ordo : Thysanoptera<br /> Sub Ordo : Terebrantia<br />1) Tanaman Inang : <p>Thrips anggrek dari P. Jawa ditemukan pula di Taiwan. Thrips mengakibatkan kerusakan serius pada pembibitan anggrek Arachnis sp., Cattleya sp., Dendrobium sp., Renanthera sp., dan Vanda sp.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p> Serangan hama ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, bunga berguguran, daun berubah bentuk dan berwarna keperakan. Pada musim kemarau serangan thrips dapat mengakibatkan penurunan produksi bunga.<br />3) Biologi :</p> <p>Hama ini sangat kecil, dan berwarna abu-abu, ada juga yang berwarna kecoklatan. Panjangnya kira-kira 1-1½ mm. Trips mempunyai tiga pasang kaki, dan berbadan ramping.</p> </li><li> Kepik Anggrek Mertila malayensis Dist.<br />Ordo : Hemiptera<br />Famili : Miridae<br />1) Tanaman Inang : <p>Kepik ini memiliki daerah penyebaran meliputi wilayah Asia Selatan dan Timur. Kepik dapat ditemukan pada anggrek Phalaenopsis sp., Bulbophyllum sp., Renanthera sp., Vanda sp.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Serangan kepik menimbulkan gejala bintik-bintik putih kuning pada permukaan atas dan bawah daun anggrek. Kadang-kadang titik-titik tersebut sangat rapat sehingga merupakan bercak putih. Tanaman yang terserang lama-lama menjadi gundul.<br />3) Biologi :</p> <p>Kepik berwarna merah kehitaman. Telur diletakkan di daun, dan nimfa yang baru menetas berwarna merah mirip dengan tungau. Serangga biasanya hidup berkelompok, jika diganggu maka akan melarikan diri dengan cepat. Di Salatiga siklus hidup sekitar 4 minggu, dan serangga dewasa dapat hidup selama 2 bulan.</p> </li><li> Kutu Daun Anggrek Cerataphis oxhidiarum (West)<br />Ordo : Homoptera<br />Famili : Aphidoidea <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Kutu ini tersebar luas dan terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan jenis-jenis anggrek tanah.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Kutu daun menempel pada daun, dan menyebabkan daun yang terserang berubah menjadi kuning, kemudian coklat, akhirnya mati. </p> <p>3) Biologi :</p> <p>Spesies kutu daun ini berwarna coklat gelap sampai hitam. Pada waktu masih muda, serangga berwarna hijau. Penyebaran meliputi di daerah tropis.</p> </li><li> Kutu Tempurung Aspidiotus sp.<br />Ordo : Homoptera<br />Famili : Diaspididae <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Di daerah Bogor kutu tempurung ditemukan pada anggrek Renanthera sp. dan Vanda sp., kelapa, kelapa sawit, pisang, mangga, alpukat, jambu biji, kakao, karet, keluwih, jahe dan the.<br />2) Gejala Serangan :</p> <p>Serangga ini mengisap cairan daun di bagian permukaan bawah sehingga meninggalkan bercak-bercak dan menyebabkan daun berwarna kuning kecoklatan. Kutu mengisap cairan daun, sehingga makin lama cairan daun habis dan jaringan di sekelilingnya terjadi nekrosis. Pada serangan berat seluruh daun menjadi kering dan kemudian rontok. </p> <p>3) Biologi :</p> <p> Serangga dewasa berwarna merah coklat gelap berukuran panjang 1,5 mm. Kutu betina dapat menghasilkan telur 20-30 butir. Telur diletakkan di dalam perisai di bawah badannya. Nimfa yang baru menetas akan ke luar dari perisai, berkelompok di permukaan bawah daun. Periode telur sampai dewasa mencapai 1,5-2 bulan. Aktivitas puncak terjadi pada musim kering.</p> </li><li> Siput Kecil Lamellaxis (= Opeas) gracilis (Hutt.) dan Subulina octona Brug. <p>Phyllum : Mollusca</p> <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Di daerah Deli (Sumatera) sering ditemukan pada bedengan pembibitan tembakau, dan di daerah lain di Indonesia ditemukan menyerang sayuran di rumah kaca. </p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Siput ini tinggal pada tanaman anggrek di antara media tumbuh dalam pot dan menyerang bagian akar. Malam hari siput naik ke permukaan pot dan menyerang bagian daun. Serangan berat terjadi pada musim hujan.</p> <p>3) Biologi :</p> <p>Tempurung hama panjangnya 11 mm dan berwarna kuning terang. Kedua spesies hama ini di alam sering bercampur. </p></li></ol> </li><li>Penyakit <ol type="a"><li> Busuk Hitam Phytopthora spp. <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Penyakit ini terutama dijumpai pada anggrek Cattleya sp., Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Epidendrum sp. dan Oncidium sp. </p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Infeksinya tampak dengan adanya noda-noda hitam yang menjalar dari bagian tengah tanaman hingga ke daun. Dalam waktu relatif singkat seluruh daun sudah berjatuhan. Cendawan ini menyerang pucuk tanaman dan titik tumbuh. Bagian pangkal pucuk daun terlihat basah dan bila ditarik mudah terlepas. Bila menyerang titik tumbuh, pertumbuhan akan terhenti. Penyebaran penyakit ini sangat cepat bila keadaan lingkungan lembab.</p> <p>Pada Cattleya penyakit dapat timbul pada daun, umbi semu, akar rimpang dan kuncup bunga. Penyakit ini juga dapat timbul pada pesemaian sebagai penyakit busuk rebah. Pada daun terjadi bercak besar, berwarna ungu tua, coklat keunguan, atau hitam. Bercak dikelilingi halo kekuningan. Dari daun penyakit berkembang ke umbi semu, akar rimpang, bahkan mungkin ke seluruh tanaman. Jika penyakit mula-mula timbul pada umbi semu, maka umbi ini akan menjadi hitam ungu, dan semua yang terletak di atasnya akan layu. Seringkali daun menjadi rapuh dengan goyangan sedikit saja daun akan terlepas sedikit di atas umbi semu. Infeksi yang terjadi pada permukaan tanah dapat menyebabkan busuk kaki.</p> <p>Pada Vanda, mula-mula pada pangkal daun terjadi bercak hitam kecoklatan tidak teratur, dengan cepat meluas ke seluruh permukaan daun dan pada daun-daun sekitarnya. Pada umumnya penyakit timbul di daerah pucuk tanaman. Pada bagian ini daun-daun berwarna hitam coklat kebasah-basahan dan mudah sekali gugur. Kadang-kadang penyakit juga timbul pada batang dan daerah perakaran.</p> <p>3) Morfologi/Epidemiologi :</p> <p>Cendawan membentuk sporangium, mudah terlepas, bulat telur atau jorong, pangkalnya membulat, mempunyai tangkai pendek dan hialin. Spora Phytophthora dapat dipencarkan oleh angin, dan percikan air. </p> <p>Akar rimpang dapat dapat terinfeksi karena patogen yang terbawa oleh pisau yang dipakai untuk memotong (memisahkan tanaman). Penyakit juga berkembang oleh kelembaban yang tinggi, karena air membantu pembentukan, pemencaran, dan perkecambahan spora. </p> </li><li> Antraknosa. Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc. (Stadium Sempurna : Glomerella cingulata) <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Dendrobium sp., Arachnis sp., Ascocendo sp., Phalaenopsis sp., Vanda sp. dan Oncidium sp.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Pada daun atau umbi semu mula-mula timbul bercak bulat, mengendap, berwarna kuning atau hijau muda. Akhirnya bercak menjadi coklat dan mempunyai bintik-bintik hitam yang terdiri dari tubuh buah (aservulus) cendawan. Pada umumnya bintik-bintik ini teratur pada lingkaran-lingkaran yang terpusat. Dalam keadaan yang lembab tubuh buah mengeluarkan massa spora (konidium) yang berwarna merah jambu atau jingga. Daun yang terserang akan gugur akhirnya umbi akan gundul.</p> <p>Pada bunga, penyakit menyebabkan terjadinya bercak-bercak coklat kecil yang dapat membesar dan bersatu sehingga dapat meliputi seluruh bunga.</p> <p>Cendawan dapat mempertahankan diri dengan hidup secara saprofitik pada sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan (lembab), cendawan membentuk konidium yang apabila terbentuk dalam massa yang lekat, konidium dipencarkan oleh percikan air hujan/air siraman, mungkin juga oleh serangga.</p> <p>Cendawan adalah parasit lemah, yang hanya dapat mengadakan infeksi pada tanaman yang keadaannya lemah, terutama melalui luka-luka, termasuk luka karena terbakar matahari. Terjadinya penyakit juga dibantu oleh pemberian pupuk nitrogen yang terlalu banyak.</p> <p>3) Morfologi/Epidemiologi :</p> <p>C. gloeosporioides berbentuk aservulus pada bagian yang mati (nekrosis) yang berbatas tegas, biasanya berseta, kadang-kadang berseta sangat jarang atau tidak sama sekali. Aservulus berbentuk bulat, memanjang atau tidak teratur, garis tengahnya dapat mencapai 500 µm. Seta mempunyai panjang yang bervariasi, jarang lebih dari 200 µm, dengan lebar 4-8 µm, bersekat 1-4, berwarna coklat, pangkalnya agak membengkak, mengecil ke ujung, pada ujungnya kadang-kadang berbentuk konidium. Konidium berbentuk tabung, ujungnya tumpul, pangkalnya sempit terpancung, hialin, tidak bersekat, berinti 1,9-24 x 3,6 µm. Konidiofor berbentuk tabung, tidak bersekat, hialin atau coklat pucat.</p> <p>C. gloeosporioides tersebar luas, sebagai parasit lemah pada bermacam-macam tumbuhan inang, bahkan ada yang hanya hidup sebagai saprofit. Cendawan dapat mempertahankan diri dengan hidup secara saprofitis pada bermacam-macam sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan jamur membentuk konidium. Karena terbentuk dalam massa yang lekat, konidium dipencarkan oleh percikan air, dan mungkin oleh serangga. Pembentukan konidium dibentuk oleh cuaca yang lembab, sedang pemencaran konidium dibantu oleh percikan air hujan maupun siraman.</p> </li><li> Layu Sklerotium rolfsii Sacc. (Stadium Sempurna : Corticium rolfsii Curzi) <p>1) Tanaman Inang :</p> <p> Selain menyerang anggrek, penyakit ini diketahui menyerang pada tanaman pertanian lainnya. Pada anggrek terutama menyerang jenis-jenis terestrial, seperti Vanda sp., Arachnis sp. dan sebagainya. </p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Tanaman yang terserang menguning dan layu. Infeksi terjadi pada bagian-bagian yang dekat dengan tanah. Bagian ini membusuk, dan pada permukaannya terdapat miselium cendawan berwarna putih, teratur seperti bulu. Miselium ini membentuk sklerotium, yang semula berwarna putih, kelak berkembang menjadi butir-butir berwarna coklat yang mirip dengan biji sawi.</p> <p>Pada Phalaenopsis penyakit menyebabkan busuk akar dan pangkal daun. Jaringan menjadi berwarna kuning krem, berair, yang segera berubah menjadi coklat lunak karena adanya bakteri dan cendawan tanah.</p> <p>Sklerotium bentuknya hampir bulat dengan pangkal yang agak datar, mempunyai kulit luar, kulit dalam dan teras.</p> <p>Di daerah tropis S. rolfsii tidak membentuk spora. Cendawan dapat bertahan lama dengan hidup secara saprofitik, dan dalam bentuk sklerotium yang tahan terhadap keadaan yang kurang baik.</p> <p>S. rolfsii umumnya terdapat dalam tanah. Cendawan terutama terpencar bersama-sama dengan tanah atau bahan organik pembawanya. Sklerotium dapat terpencar karena terbawa oleh air yang mengalir.</p> <p>S. rolfsii terutama berkembang dalam cuaca yang lembab. Cendawan dapat menginfeksi tanaman anggrek melalui luka ataupun tidak, bila melalui luka infeksi akan berlangsung lebih cepat. Di Indonesia Oncidium sp. dan Phalaenopsis sp. sangat rentan terhadap S. rolfsii, Cattleya sp. agak tahan, sedangkan Dendrobium sp. sangat tahan.</p> <p>3) Morfologi/Epidemiologi :</p> <p>S. rolfsii adalah cendawan yang kosmopolit, dapat menyerang bermacam-macam tumbuhan, terutama yang masih muda. Cendawan itu mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang berwarna putih, tersusun seperti bulu atau kipas. Cendawan tidak membentuk spora. Untuk pemencaran dan mempertahankan diri cendawan membentuk sejumlah sklerotium yang semula berwarna putih kelak menjadi coklat dengan garis tengah kurang lebih 1 mm. Butir-butir ini mudah sekali terlepas dan terangkut oleh air. </p> <p>Sklerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan selama 6-7 tahun. Dalam cuaca yang kering sklerotium akan mengeriput, tetapi justru akan berkecambah dengan cepat jika kembali berada dalam lingkungan yang lembab.</p> </li><li> Layu Fusarium oxysporum <p> 1) Tanaman Inang :</p> <p>Penyakit layu Fusarium dapat dijumpai pada anggrek jenis Cattleya sp., Dendrobium sp. dan Oncidium sp. Selain itu juga menyerang kubis, caisin, petsai, cabai, pepaya, krisan, kelapa sawit, lada, kentang, pisang dan jahe.</p> <p>2) Gejala serangan :</p> <p>Patogen menginfeksi tanaman melalui akar atau masuk melalui luka pada akar rimpang yang baru saja dipotong, menyebabkan batang dan daun berkerut. Bagian atas tanah tampak merana seperti kekurangan air, menguning, dengan daun-daun yang keriput, umbi semu menjadi kurus, kadang-kadang agak terpilin. Perakaran busuk, pembusukan pada akar dapat meluas ke atas, sampai ke pangkal batang.</p> <p>Jika akar rimpang dipotong akan tampak bahwa epidermis dan hipodermis berwarna ungu, sedang phloem dan xylem berwarna ungu merah jambu muda. Akhirnya seluruh akar rimpang menjadi berwarna ungu.</p> <p>3) Epidemiologi :</p> <p>Patogen dapat bertahan secara alami di dalam media tumbuh dan pada akar-akar tanaman sakit. Apabila terdapat tanaman peka, melalui akar yang luka dapat segera menimbukan infeksi. Penyakit ini mudah menular melalui benih, dan alat pertanian yang dipakai.</p> </li><li> Bercak Daun Cercospora spp. <p>1) Tanaman inang :</p> <p>Semua jenis anggrek terserang oleh penyakit ini, terutama yang ditanam di tempat terbuka, seperti Vanda sp., Arachnis sp., Aranda sp., Aeridachnis sp. dan sebagainya. </p> <p>2) Gejala serangan :</p> <p>Penyakit timbul hanya apabila keadaan lingkungan lembab. Mula-mula pada sisi bawah daun yang masih muda timbul bercak kecil berwarna coklat. Bercak-bercak dapat berkembang melebar dan memanjang, dan dapat bersatu membentuk bercak yang besar. Pada pusat bercak yang berwarna coklat keputihan, cendawan membentuk kumpulan-kumpulan konidiofor dengan konidium, yang bila dilihat dengan kaca pembesar (loupe) tampak seperti bintik-bintik hitam kelabu. Pusat bercak akhirnya mengering dan dapat menjadi berlubang. Gejala ini lebih banyak terdapat pada daun-daun tua.</p> <p>3) Morfologi/Epidemiologi :</p> <p>Konidium cendawan ini berbentuk gada panjang bersekat 3-12. Konidiofor pendek, bersekat 1-3, cendawan dapat terbawa oleh benih dan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim. Cuaca yang panas dan basah membantu perkembangan penyakit. Penyakit dapat timbul pada tanaman muda, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua.</p> </li><li> Bercak Coklat Ralstonia (Pseudomonas) cattleyae (Pav.) Savul <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Penyakit terutama menyerang Phalaenopsis sp. dan Catleya sp.</p> <p>2) Gejala serangan :</p> <p>Penyakit ini terutama merugikan Phalaenopsis sp. Bagian tanaman yang terserang yaitu daun dan titik tumbuh. Penyakit sangat cepat menjalar, dan pada daun yang terserang terjadi bercak lunak, kebasah-basahan dan berwarna kecoklatan atau hitam. Penyakit meluas dengan cepat. Jika penyakit mencapai titik tumbuh, tanaman akan mati. Bagian yang sakit mengeluarkan lendir (eksudat), yang dapat menularkan penyakit ke tanaman lain, melalui penyiraman. </p> <p>Pada daun Cattleya sp. penyakit tampak sebagai bercak-bercak mengendap, hitam dan kebasah-basahan. Pada umumnya penyakit hanya terbatas pada satu atau dua daun, dan tidak mematikan tanaman.</p> <p>3) Epidemiologi :</p> <p>Massa bakteri sering muncul di permukaan jaringan tanaman sakit. Penyakit ini berkembang pada kondisi lingkungan yang basah dan suhu yang tinggi. Penyakit dapat menular melalui alat-alat pertanian, air, media tumbuh dan benih yang terinfeksi. </p> </li><li> Busuk Lunak Erwinia spp. <p>1) Tanaman Inang :</p> <p> Penyakit ini dapat menyerang semua jenis anggrek bahkan tanaman lain yang lunak jaringannya. </p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Penyakit ini menyerang tanaman anakan dalam kompot. Daun-daun anakan terlihat berair dan warna daun berubah kecoklatan. Pada pseudobulb atau bagian lunak lainnya terjadi pembusukan disertai bau yang tidak enak. Bakteri ini menimbulkan pembusukan pada jaringan yang lunak dan pada jaringan yang bekas digigit serangga. </p> <p>3) Morfologi/Epidemiologi :</p> <p>Sel bakteri berbentuk batang, tidak mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagela yang terdapat di sekeliling sel bakteri.</p> <p>Bakteri patogen mudah terbawa oleh serangga, air, media tumbuh dan sisa tanaman yang terinfeksi, serta alat-alat pertanian. Suhu optimal untuk perkembangan bakteri adalah 27° C. Pada kondisi suhu rendah dan kelembaban rendah bakteri terhambat pertumbuhannya.</p> </li><li> Rebah Bibit Pythium ultinum, Phytohpthora cactorum dan Rhizoctonia solani. <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Penyakit ini dijumpai pada tanaman muda dalam kompot pada anggrek jenis Cymbidium sp., Dendrobium sp., Oncidium sp. dan sebagainya.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Pada tanaman muda ditandai dengan gejala damping off, yaitu tanaman mati dan roboh. Bagian pangkal tanaman membusuk, sehingga tidak kuat berdiri tegak. Penyakit berkembang ke atas ke bagian-bagian lunak lainnya. </p> <p>3) Epidemiologi :</p> <p>Patogen tersebut terpencar malalui air. R. solani bertahan lama di dalam tanah (media tumbuh). </p> </li><li> Bercak Daun Pestalotia sp. <p>1) Tanaman Inang :</p> <p> Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp., Arachnis sp., Dendrobium sp. dan Oncidium sp.</p> <p>2) Gejala Serangan </p> <p> Pada daun-daun tua dijumpai bercak dengan titik-titik hitam di bagian tengahnya. Mula-mula bercak berwarna kuning agak coklat. </p> <p>3) Epidemiologi :</p> <p>Patogen memencar dengan spora yang terjadi apabila ada perubahan yang mendadak dari keadaan basah kemudian kering dan disertai angin.</p> </li><li> Bercak Botryodiplodia sp. <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp. dan Arachnis sp.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Pada anggrek Vanda sp. penyakit ditandai dengan bercak memanjang berwarna coklat sampai hitam. Gejala terjadi baik di daun maupun batangnya. Bercak tidak terbatas pada bagian-bagian yang tua saja tetapi yang mudapun terserang. </p> <p>3) Epidemiologi :</p> <p>Penyakit memencar dengan sporanya yang berada di dalam badan buahnya. Spora memencar bila terjadi perubahan cuaca yang mendadak dari basah ke kering.</p> </li><li> Bercak Bunga Botrytis cenerea <p> 1) Tanaman Inang :</p> <p>Penyakit ini terutama menyerang bunga pada anggrek jenis Phalaenopsis sp. dan Cattleya sp..</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p> Pada mahkota bunga mula-mula terdapat bintik-bintik hitam. Bila penyakit telah berkembang lebih lanjut dengan bintik yang sangat banyak, bunga akan busuk dan menghitam. </p> <p>3) Epidemiologi :</p> <p>Penyakit ini berkembang bila kelembaban sangat tinggi. Pemencaran penyakit dilakukan dengan sporanya yang sangat mudah diterbangkan angin.</p> </li><li> Karat Uredo sp. <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Penyakit karat dijumpai pada Oncidium sp. dan jenis-jenis lainnya.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p>Pada permukaan daun terdapat pustul berwarna kuning. Setiap pustul dikelilingi oleh jaringan daun klorotik. Serangan yang hebat menyebabkan daun mengering. </p> <p>3) Epidemiologi :</p> <p>Spora patogen mudah melekat pada kaki serangga dan oleh tiupan angin. Kondisi lingkungan yang lembab sangat membantu perkembangan penyakit. </p> </li><li> Virus Mosaik Cymbidium (Cymbidium mosaic virus= CyMV) <p>Virus mosaik cymbidium dikenal juga dengan nama “Cymbidium black streak virus” atau “Orchid mosaic virus”.</p> <p>1) Tanaman Inang :</p> <p>Virus ini dijumpai pada 8 genera, yaitu Aranthera sp., Calanthe sp., Cattleya sp.,Cymbidium sp., Gromatophyllum sp., Phalaenopsis sp., Oncidium sp., dan Vanda sp.</p> <p>2) Gejala Serangan :</p> <p> Pada Cymbidium sp. gejala mosaik akan tampak lebih jelas pada daun-daun muda berupa garis-garis klorotik memanjang searah serat daun. Bunga pada tanaman Cattleya sp. yang terinfeksi biasanya memperlihatkan gejala bercak-bercak coklat nekrosis pada petal dan sepalnya. Bunga biasanya berukuran lebih kecil dan mudah rontok dibandingkan dengan bunga tanaman sehat. </p> <p>3) Morfologi/Epidemiologi :</p> <p>Partikel CyMV berbentuk filamen memanjang berukuran 13 x 475 nm. Virus ini menular secara mekanik melalui cairan atau ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tidak menular melalui biji ataupun serangga vektor.</p> </li><li> Virus Mosaik Tembakau Strain Orchid (Tobacco Mosaic Virus-Orchid = TMV-O) <p>Virus ini dikenal juga dengan nama virus bercak bercincin odontoglossum (odontoglossum ringspot virus = ORSV). </p> <ol type="i"><li>Tanaman Inang : <p> Jenis-jenis anggrek lain yang dapat terserang virus ini mencakup Dendrobium sp., Epidendrum sp., Vanda sp., Cattleya sp., Oncidium sp. Cymbidium sp. dan Phalaenopsis sp.</p> </li><li>Gejala Serangan : <p>Pada beberapa jenis anggrek seperti Cattleya sp., gejala infeksi virus ini bervariasi, yaitu berupa garis-garis klorotik, bercak-bercak klorotik sampai nekrotik atau bercak-bercak berbentuk cincin. Pada Oncidium sp. bercak-bercak nekrotik berwarna hitam tampak nyata pada permukaan bawah daun. Di lapang persentase tanaman anggrek Oncidium sp. terinfeksi virus ini dapat mencapai 100 %. Gejala pada bunga, misalnya pada anggrek Cattleya sp., berupa mosaik pada sepal dan petal. Bagian tepi bagian bunga ini biasanya bergelombang. </p> </li><li>Morfologi/Epidemiologi : <p>Partikel virus berbentuk batang berukuran 18 x 300 nm. TMV-O mudah ditularkan secara mekanik melalui ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tidak menular melalui serangga vektor ataupun biji. </p></li></ol> </li></ol> </li><li>Pengendalian OPT Anggrek <ol type="a"><li>Fisik <p>Media tumbuh disucihamakan dengan uap air panas agar tanaman bebas dari OPT yang dapat ditularkan melalui media tumbuh. Untuk menghindari penularan virus, usaha sanitasi harus dilakukan meliputi sterilisasi alat-alat potong. Setelah dicuci bersih alat-alat potong dipanaskan dalam oven pada suhu 149 ° C selama 1 jam. </p></li><li>Mekanis <p>Pengendalian secara mekanis dilakukan bilamana serangga hama dijumpai dalam jumlah terbatas. Misalnya pada pagi dan sore hari kumbang gajah dapat dijepit dengan jari tangan dan dimatikan. Demikian pula kutu tempurung pada daun anggrek dapat didorong dengan kuku, tetapi harus dilakukan secara hati-hati lalu dimatikan. Keong besar atau yang kecil dengan mudah dapat ditangkap pada malam hari dan dimusnahkan. Dengan membersihkan sampah dan gulma, maka keong tidak mempunyai kesempatan untuk bersarang dan bersembunyi.<br />Pengendalian secara mekanis juga dilakukan pada bagian tanaman yang menunjukkan gejala serangan penyakit, yaitu dengan memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang. </p></li><li>Kultur Teknis <p>Pemeliharaan tanaman yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur. Penyiraman, pemupukan dan penambahan atau penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung pemeliharaan yang berkelanjutan dapat memantau keadaan tanaman dari serangan OPT secara dini. </p> <p>Penyiraman dilakukan apabila diperlukan dan dilakukan pagi hari sehingga siang harinya sudah cukup kering. Pelihara tanaman dari serangan atau kehadiran serangga yang dapat menjadi pembawa atau pemindah penyakit. Udara dalam pertanaman sebaiknya dijaga agar tidak terlalu lembab, sehingga penyakit tidak mudah berkembang.</p> <p>Tanaman yang baru atau diketahui menderita penyakit diisolasi selama 2-3 bulan, sampai diketahui bahwa tanaman tersebut betul-betul sehat. Tanaman yang akan dibudidayakan sebaiknya juga berasal dari induk yang telah diketahui bebas penyakit. </p></li><li> Kimiawi <p>Untuk pengendalian OPT anggrek dapat dipilih jenis pestisida yang tepat sesuai dengan organisme pengganggu tumbuhan yang akan dikendalikan. Formulasi pestisida dapat berupa cairan (emulsi), tepung (dust) pasta ataupun granula. Konsentrasi dan dosis penggunaan biasanya dicantumkan pada tiap kemasan. Jenis-jenis pestisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman anggrek tercantum dalam Lampiran 1.<br />Sebagai pencegahan, pot atau wadah lainnya, alat-alat seperti pisau dan gunting stek, sebaiknya setiap kali memakai alat-alat tersebut, disucihamakan dengan formalin 2 % atau desinfektan lainnya. </p></li><li>Hayati <p>Dilakukan dengan menggunakan :</p> <ul type="disc"><li>Predator tungau : Phytoseiulus persimilis Athias Heniot dan Typhodiromus sp. (Phytoseiidae)</li><li>Predator kutu daun : kumbang koksi (Coccinelidae), lalat Syrpidae, dan laba-laba Lycosa sp.</li><li>Predator kutu putih : Scymnus apiciflavus.</li><li>Predator bekicot Achatina fulica : Gonaxis sp., Euglandina sp., Lamprophorus sp., dan bakteri Aeromonas liquefacicus.</li><li>Parasitoid Thrips : Famili Eulophidae</li><li>Parasitoid kutu daun : Aphidius sp. dan Encarsia sp.</li><li>Parasitoid pengorok daun Gonophora xanthomela : Achrysocharis promecothecae (Eulophidae). </li><li>Pemanfaatan agens antagonis Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Pseudomonas fluorescens untuk penyakit layu Fusarium sp. dan Ralstonia (Pseudomonas ) solanacearum.</li></ul> </li></ol> </li></ol>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-7424528882483419202010-02-26T11:04:00.000-08:002010-02-26T11:05:24.227-08:00PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN<h2>Budidaya Tanaman Anggrek</h2> <h3>D. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN</h3> <ol 1="" type=""><li> <strong>Persiapan Lahan</strong> <p> Tanaman anggrek dapat ditanam di sekitar rumah atau pekarangan atau di kebun yaitu di bawah pohon atau dengan naungan yang diberi paranet atau sejenisnya dengan pengaturan intensitas cahaya tertentu atau di lahan terbuka. Oleh karena tanaman anggrek mempunyai potensi ekonomis yang tinggi, maka untuk jenis-jenis tertentu dapat ditanam di dalam rumah kaca (green house). Selain untuk melindungi tanaman dari gangguan alam, juga akan mengurangi intensitas serangan OPT. </p></li><li><strong>Persiapan Media Tumbuh</strong> <p>Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya. Sampai saat ini belum ada media yang memenuhi semua persyaratan untuk pertumbuhan tanaman anggrek.</p> <p>Untuk pertumbuhan tanaman anggrek, kemasaman media (pH) yang baik berkisar antara 5–6. Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tumbuh yang sering digunakan di Indonesia antara lain : moss, pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus.</p> <p>Pecahan batu bata banyak dipakai sebagai media dasar pot anggrek, karena dapat menyerap air lebih banyak bila dibandingkan dengan pecahan genting. Media pecahan batu bata digunakan sebagai dasar pot, karena mempunyai kemampuan drainase dan aerasi yang baik.</p> <p>Moss yang mengandung 2–3% unsur N sudah lama digunakan untuk medium tumbuh anggrek. Media moss mempunyai daya mengikat air yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik pula.</p> <p>Pakis sesuai untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik, melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya.</p> <p>Serabut kelapa mudah melapuk dan mudah busuk, sehingga dapat menjadi sumber penyakit, tetapi daya menyimpan airnya sangat baik dan mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan serta mudah didapat dan murah harganya. Dalam menggunakan serabut kelapa sebagai media tumbuh, sebaiknya dipilih serabut kelapa yang sudah tua.</p> <p>Media tumbuh sabut kelapa, pakis, dan moss merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek Phalaenopsis sp. Namun bila pakis dan moss yang tumbuh di hutan ini diambil secara terus-menerus untuk digunakan sebagai media tumbuh, dikhawatirkan keseimbangan ekosistem akan terganggu.</p> <p>Serutan kayu atau potongan kayu kurang sesuai untuk media anggrek karena memiliki aerasi dan drainase yang baik, tetapi daya menyimpan airnya kurang baik, serta miskin unsur N. Proses pelapukan berlangsung lambat, karena kayu banyak mengandung senyawa-senyawa yang sulit terdekomposisi seperti selulosa, lignin, dan hemiselulosa.</p> <p>Media serutan kayu jati merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan anggrek Aranthera James Storie. Pecahan arang kayu tidak lekas lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri, tetapi sukar mengikat air dan miskin zat hara. Namun arang cukup baik untuk media anggrek.</p> <p>Penggunaan media baru (repotting) dilakukan antara lain sebagai berikut :</p> <ul type="disc"><li>Bila ditanam dalam pot (wadah) sudah terlalu padat atau banyak tunas.</li><li>Medium lama sudah hancur, sehingga menyebabkan medium bersifat asam, bisa menjadi sumber penyakit.</li></ul> </li><li><strong>Penyiraman</strong> <p> Tanaman anggrek yang sedang aktif tumbuh, membutuhkan lebih banyak air dibandingkan dengan yang sudah berbunga. Frekuensi dan banyaknya air siraman yang diberikan pada tanaman anggrek bergantung pada jenis dan besar kecil ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan pertanaman. Sebagai contoh adalah tanaman anggrek Vanda sp., Arachnis sp., dan Renanthera sp., yaitu anggrek tipe monopodial yang tumbuh di bawah cahaya matahari langsung, sehingga membutuhkan penyiraman lebih dari dua kali sehari, terutama pada musim kemarau. </p></li><li><strong>Pemupukan</strong> <p>Seperti tumbuhan lainnya, anggrek selalu membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan tanaman anggrek akan nutrisi sama dengan tumbuhan lainnya, hanya anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengikat pertumbuhan anggrek sangat lambat.</p> <p>Dalam usaha budidaya tanaman anggrek, habitatnya tidak cukup mampu menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman diberi pupuk baik organik maupun anorganik. Pupuk yang digunakan umumnya pupuk majemuk yaitu yang mengandung unsur makro dan mikro.</p> <p>Kualitas dan kuantitas pupuk dapat mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Pada fase pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang masih kecil perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 30:10:10, pada fase pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang berukuran sedang perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:10:10. Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif yaitu untuk merangsang pembungaan, perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:30:30.</p> <p>Jika dilakukan pemupukan ke dalam pot maka hanya pupuk yang larut dalam air dan kontak langsung dengan ujung akar yang akan diambil oleh tanaman anggrek dan sisanya akan tetap berada dalam pot. Pemupukan pada sore hari menunjukkan respon pertumbuhan yang baik pada anggrek Dendrobium sp. </p></li></ol>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-77958606362460082862010-02-26T11:02:00.002-08:002010-02-26T11:04:47.793-08:00Budidaya Tanaman Anggrek<h2>Budidaya Tanaman Anggrek</h2> <h3>B. PERSILANGAN</h3> <p>Persilangan ditujukan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat tahan lama sebagai bunga potong, jumlah kuntum banyak dan tidak ada kuntum bunga yang gugur dini akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, sebaiknya dan seharusnya pedoman persilangan perlu dikuasai, antara lain :</p> <ul><li>Persilangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman. Kuntum bunga dipilih yang masih segar atau setelah membuka penuh.</li><li>Sebagai induk betina dipilih yang mempunyai bunga yang kuat, tidak cepat layu atau gugur.</li><li>Mengetahui sifat-sifat kedua induk tanaman yang akan disilangkan, agar memberikan hasil yang diharapkan, misalnya sifat dominasi yang akan terlihat atau muncul pada turunannya seperti : warna, bentuk, dan lain-lain.</li><li>Bunga tidak terserang OPT terutama pada polen dan stigma.</li><li>Setiap mendapatkan varietas baru yang baik, sebaiknya didaftarkan pada “<a href="http://www.rhs.org.uk/">Royal Horticultural Society</a>” di London, dengan mengisi formulir pendaftaran anggrek hibrida dengan beberapa persyaratan lainnya.</li></ul> <p>Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penyerbukan (polinasi) adalah sebagai berikut :</p> <ul><li>Sediakan sehelai kertas putih dan sebatang lidi kecil atau tusuk gigi atau sejenisnya yang bersih.</li><li>Cap polinia yang terdapat pada ujung column dibuka, dimana akan terlihat di dalamnya polinia yang berwarna kuning.</li><li>Ujung lidi/tusuk gigi dibasahi dengan cairan yang ada di dalam lubang putih atau dengan sedikit air.</li><li>Polinia diambil dengan hati-hati. Pegang kertas putih sebagai wadah di bawah bunga untuk menghindari bila polinia jatuh pada waktu diambil.</li><li>Polinia kemudian dimasukkan ke dalam stigma (kepala putik).</li><li>Beri label yang diikatkan pada tangkai kuntum (pedicel) bunga yang berisi catatan tentang tanggal penyerbukan dan nama bunga yang diambil polinianya.</li></ul> <p>Beberapa hari kemudian bunga yang telah diserbuki akan layu. Apabila penyerbukan berhasil, dan bila tidak ada OPT, maka bakal buah tersebut akan terus berkembang menjadi buah. Buah anggrek ada yang masak setelah tiga bulan sampai enam bulan atau lebih. Buah yang masak akan merekah dengan dicirikan adanya perubahan warna buah dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan.</p> <p>Dalam memilih biji anggrek yang akan disemaikan dalam botol perlu diperhatikan sebagai berikut :</p> <ul><li>Biji yang berwarna keputih-putihan dan kosong adalah biji yang kurang baik.</li><li>Biji yang baik yaitu yang bulat penuh berisi, berwarna kuning atau kecoklat-coklatan</li></ul><h2>Budidaya Tanaman Anggrek</h2> <h3>C. PEMBIBITAN</h3> <p>Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu, konvensional dan dengan metoda kultur in vitro. Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara konvensional adalah sebagai berikut :</p> <ul><li><strong>Perbanyakan vegetatif </strong>malalui pemecahan/pemisahan rumpun seperti Dendrobium sp., Oncidium sp., Cattleya sp., dan Cymbidium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari batang seperti Dendrobium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari akar dan tangkai bunga seperti Phalaenopsis sp., yang selanjutnya ditanam ke media yang sama seperti pakis, mos serabut kelapa, arang, serutan kayu, disertai campuran pecahan genting atau batu bata. Perbanyakan secara vegetatif ini akan menghasilkan anak tanaman yang mempunyai sifat genetik sama dengan induknya. Namun perbanyakan konvensional secara vegetatif ini tidak praktis dan tidak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena jumlah anakan yang diperoleh dengan cara-cara ini sangat terbatas.</li><li><strong>Perbanyakan generatif</strong> yaitu dengan biji. Biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan), sehingga perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur yang bersimbiosis dengan biji tersebut.</li></ul> <p>Untuk menghasilkan bunga dalam jumlah banyak dan seragam diperlukan tanaman dalam jumlah banyak pula. Oleh karena itu peningkatan produksi bunga pada tanaman anggrek hanya dapat dicapai dengan usaha perbanyakan tanaman yang efisien. Pada saat ini metode kultur in vitro merupakan salah satu cara yang mulai banyak digunakan dalam perbanyakan klon atau vegetatif tanaman anggrek. Kultur in vitro pertama kali dicoba oleh Haberlandt pada tahun 1902, karena adanya sifat tanaman yang disebut totipotensi yang dicetuskan oleh kedua orang sarjana Jerman Schwann dan Schleiden pada tahun 1830. </p> <p>Metode kultur in vitro yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif (seperti : akar, daun, batang, mata tunas) dan jaringan-jaringan generatif (seperti : ovule, embrio dan biji) pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik (bebas mikroorganisme).</p> <p>Secara generatif, benih tanaman diperoleh melalui biji hasil persilangan yang secara genetis biji-biji tersebut bersifat heterozigot. Sehingga benih-benih yang dihasilkan mempunyai sifat tidak mantap dan beragam. Dengan cara ini untuk mendapatkan tanaman yang sama dengan induknya sangatlah sulit, karena persilangan anggrek telah berkembang demikian luasnya. Namun dengan cara ini akan diperoleh varietas baru.</p> <p>Secara vegetatif yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif atau kultur jaringan seperti akar, daun, batang atau mata tunas pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik. Dengan metode ini dapat diharapkan perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara cepat dan berjumlah banyak, serta sama dengan induknya.</p><p><br /></p>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-21407926464533335682010-02-26T11:02:00.001-08:002010-02-26T11:02:56.793-08:00Budidaya Tanaman Anggrek<h2>Budidaya Tanaman Anggrek</h2> <p>Sumber : <a href="http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/">http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/</a></p> <h3>A. ASPEK LINGKUNGAN</h3> <p>Secara alami anggrek (Famili Orchidaceae) hidup epifit pada pohon dan ranting-ranting tanaman lain, namun dalam pertumbuhannya anggrek dapat ditumbuhkan dalam pot yang diisi media tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti faktor lingkungan, antara lain sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta pemeliharaan seperti : pemupukan, penyiraman serta pengendalian OPT.<br /><span id="more-9"></span><br />Pada umumnya anggrek-anggrek yang dibudidayakan memerlukan temperatur 28 + 2° C dengan temperatur minimum 15° C. Anggrek tanah pada umumnya lebih tahan panas dari pada anggrek pot. Tetapi temperatur yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.</p> <p>Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60–85%. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda. Oleh karena itu diusahakan agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembaban yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer. </p> <p>Berdasarakan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua tipe yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium sp. yang dapat mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Contoh dari anggrek tipe simpodial antara lain : <em>Dendrobium sp., Cattleya sp., Oncidium sp. </em>dan <em>Cymbidium sp. </em>Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit. </p> <p>Anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Bunga ke luar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain : <em>Vanda sp.</em>, <em>Arachnis sp.</em>, <em>Renanthera sp., Phalaenopsis sp., </em>dan <em>Aranthera sp.</em></p> <p>Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :</p> <ul><li>Anggrek <strong>epifit</strong>, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya <em>Cattleya sp. </em> memerlukan cahaya +40%, <em>Dendrobium sp.</em> 50–60%, <em>Phalaenopsis sp.</em> + 30 %, dan <em>Oncidium sp.</em> 60 – 75 %.</li><li>Anggrek <strong>terestrial</strong>, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya <em>Aranthera sp., Renanthera sp., Vanda sp.</em> dan <em>Arachnis sp.</em><br />Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18–210C. Sedangkan untuk anggrek jenis <em>Vanda sp.</em> yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.</li><li> Anggrek <strong>litofit</strong>, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya <em>Dendrobium phalaenopsis.</em></li><li> Anggrek <strong>saprofit</strong>, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya <em>Goodyera sp.</em></li></ul>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-91655809091661135542010-02-26T10:58:00.000-08:002010-02-26T11:02:07.541-08:00Anggrek beralih ke sini.<p><i><b>Anggrek</b> beralih ke sini.</i></p> <table class="infobox biota" style="padding: 2.5px; text-align: center; width: 122px; height: 544px;"> <tbody><tr style="text-align: center;"> <th style="background: lightgreen none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-inline-policy: continuous;"><span style="position: relative; float: right;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Membaca_kotak_taksonomi" title="Wikipedia:Membaca kotak taksonomi">?</a></span>Orchidaceae</th> </tr> <tr style="text-align: center;"> <td><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Haeckel_Orchidae.jpg" class="image" title="Lukisan Ernst Haeckel, Kunstformen der Natur"><img alt="Lukisan Ernst Haeckel, Kunstformen der Natur" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/21/Haeckel_Orchidae.jpg/199px-Haeckel_Orchidae.jpg" width="199" height="280" /></a><br /><div style="text-align: center;"><small>Lukisan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ernst_Haeckel" title="Ernst Haeckel">Ernst Haeckel</a>, <i><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kunstformen_der_Natur&action=edit&redlink=1" class="new" title="Kunstformen der Natur (halaman belum tersedia)">Kunstformen der Natur</a></i></small></div> </td> </tr> <tr style="text-align: center;"> <th style="background: lightgreen none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-inline-policy: continuous;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_ilmiah" title="Klasifikasi ilmiah">Klasifikasi ilmiah</a></th> </tr> <tr style="text-align: center;"> <td> <table style="margin: 0pt auto; background: transparent none repeat scroll 0% 0%; text-align: left; -moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-inline-policy: continuous;" cellpadding="2"> <tbody><tr valign="top"> <td>Kerajaan:</td> <td><span class="kingdom"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Plant" title="Plant" class="mw-redirect">Plantae</a></span><br /></td> </tr> <tr valign="top"> <td>Divisi:</td> <td><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_plant" title="Flowering plant" class="mw-redirect">Magnoliophyta</a><br /></td> </tr> <tr valign="top"> <td>Kelas:</td> <td><span class="taxoclass"><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Monocotyledon&action=edit&redlink=1" class="new" title="Monocotyledon (halaman belum tersedia)">Liliopsida</a></span><br /></td> </tr> <tr valign="top"> <td>Ordo:</td> <td><span class="order"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asparagales" title="Asparagales">Asparagales</a></span><br /></td> </tr> <tr valign="top"> <td>Famili:</td> <td><span class="family"><b>Orchidaceae</b></span><br /><small><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antoine_Laurent_de_Jussieu&action=edit&redlink=1" class="new" title="Antoine Laurent de Jussieu (halaman belum tersedia)">Juss.</a></small></td> </tr> </tbody></table> </td> </tr> <tr style="background: lightgreen none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-inline-policy: continuous;"> <th><br /></th> </tr> <tr> <td style="padding: 0pt 0.5em; text-align: left;"> <br /></td> </tr> </tbody></table> <p><b>Suku anggrek-anggrekan</b> atau <b>Orchidaceae</b> merupakan satu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Familia" title="Familia">suku</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_berbunga" title="Tumbuhan berbunga">tumbuhan berbunga</a> dengan anggota jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya ditemukan di daerah tropika. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Epifit" title="Epifit">epifit</a>, terutama yang berasal dari daerah tropika. Anggrek di daerah beriklim sedang biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi sebagai cara beradaptasi terhadap <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musim_dingin" title="Musim dingin">musim dingin</a>. Organ-organnya yang cenderung tebal dan "berdaging" (sukulen) membuatnya tahan menghadapi tekanan ketersediaan air. Anggrek epifit dapat hidup dari embun dan udara lembab.</p> <p>Anggota pentingnya yang dikenal baik manusia adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anggrek" title="Anggrek" class="mw-redirect">anggrek</a> hias serta <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vanili" title="Vanili">vanili</a>.</p> <table id="toc" class="toc"> <tbody><tr> <td> <br /></td> </tr> </tbody></table> <script type="text/javascript"> //<![CDATA[ if (window.showTocToggle) { var tocShowText = "tampilkan"; var tocHideText = "sembunyikan"; showTocToggle(); } //]]> </script> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Orchidaceae&action=edit&section=1" title="Sunting bagian: Ciri-ciri botani">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Ciri-ciri_botani">Ciri-ciri botani</span></h2> <p>Anggota suku ini cenderung memiliki organ-organ yang <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sukulen&action=edit&redlink=1" class="new" title="Sukulen (halaman belum tersedia)">sukulen</a> atau "berdaging": tebal dengan kandungan air yang tinggi. Dengan demikian ia dapat hidup pada kondisi ketersediaan air yang rendah. Air diperoleh dari hujan, tetesan, embun, atau uap air di udara. Namun demikian, anggrek tidak ditemukan di daerah gurun karena perakarannya tidak intensif. Anggrek menyukai cahaya matahari tetapi tidak langsung sehingga ia biasa ditemukan di alam sebagai tumbuhan lantai hutan atau di bawah naungan. Sebagai tanaman hias, anggrek tahan di dalam ruang.</p> <p>Akar serabut, tidak dalam. Jenis-jenis epifit yaitu mengembangkan akar sukulen dan melekat pada batang pohon tempatnya tumbuh,namun tidak merugikan pohon inang. Ada pula yang tumbuh geofitis,dengan istilah lain terrestria artinya tumbuh di tanah dengan akar-akar di dalam tanah. Ada pula yang bersifat saprofit, tumbuh pada media daun-daun kering dan kayu-kayu lapuk yang telah membusuk menjadi humus. Pada permukaan akar seringkali ditemukan jamur akar (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mikoriza" title="Mikoriza">mikoriza</a>) yang ber<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Simbiosis" title="Simbiosis">simbiosis</a> dengan anggrek.</p> <p>Batang anggrek beruas-ruas. Anggrek yang hidup di tanah ("anggrek tanah") batangnya pendek dan cenderung menyerupai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Umbi" title="Umbi">umbi</a>. Sementara itu, anggrek epifit batangnya tumbuh baik, seringkali menebal dan terlindungi lapisan lilin untuk mencegah penguapan berlebihan. Pertumbuhan batang dapat bersifat "memanjang" (monopodial) atau "melebar" (simpodial), tergantung genusnya.</p> <p>Daun anggrek biasanya oval memanjang dengan tulang daun memanjang pula, khas daun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Monokotil" title="Monokotil" class="mw-redirect">monokotil</a>. Daun dapat pula menebal dan berfungsi sebagai penyimpan air.</p> <p>Bunga anggrek berbentuk khas dan menjadi penciri yang membedakannya dari anggota suku lain. Bunga-bunga anggrek tersusun majemuk, muncul dari tangkai bunga yang memanjang, muncul dari ketiak daun. Bunganya simetri bilateral. Helaian <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kelopak_bunga&action=edit&redlink=1" class="new" title="Kelopak bunga (halaman belum tersedia)">Kelopak bunga</a> (sepal) biasanya berwarna mirip dengan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mahkota_bunga&action=edit&redlink=1" class="new" title="Mahkota bunga (halaman belum tersedia)">mahkota bunga</a> (sehingga disebut <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tepal&action=edit&redlink=1" class="new" title="Tepal (halaman belum tersedia)">tepal</a>). Satu helai mahkota bunga termodifikasi membentuk semacam "lidah" yang melindungi suatu struktur aksesoris yang membawa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Benang_sari" title="Benang sari">benang sari</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Putik&action=edit&redlink=1" class="new" title="Putik (halaman belum tersedia)">putik</a>. Benang sari memiliki tangkai sangat pendek dengan dua <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kepala_sari&action=edit&redlink=1" class="new" title="Kepala sari (halaman belum tersedia)">kepala sari</a> berbentuk cakram kecil (disebut "pollinia") dan terlindung oleh struktur kecil yang harus dibuka oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Serangga" title="Serangga">serangga</a> penyerbuk (atau manusia untuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vanili" title="Vanili">vanili</a>) dan membawa serbuk sari ke mulut putik. Tanpa bantuan organisme penyerbuk, tidak akan terjadi penyerbukan.</p> <p><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Buah" title="Buah">Buah</a> anggrek berbentuk kapsul yang berwarna hijau dan jika masak mengering dan terbuka dari samping. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Biji" title="Biji">Bijinya</a> sangat kecil dan ringan, sehingga mudah terbawa angin. Biji anggrek tidak memiliki jaringan penyimpan cadangan makanan; bahkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Embrio" title="Embrio">embrionya</a> belum mencapai kematangan sempurna. Perkecambahan baru terjadi jika biji jatuh pada medium yang sesuai dan melanjutkan perkembangannya hingga kemasakan.</p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Orchidaceae&action=edit&section=2" title="Sunting bagian: Kekerabatan antar anggrek spesies berdasarkan sifat morfologi tanaman dan bunga">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Kekerabatan_antar_anggrek_spesies_berdasarkan_sifat_morfologi_tanaman_dan_bunga">Kekerabatan antar anggrek spesies berdasarkan sifat morfologi tanaman dan bunga</span></h2> <p>Berdasarkan hasil analisis varian untuk karakter tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, perbandingan antara panjang daun dengan lebar daun, jumlah kuntum bunga, panjang tangkai bunga, diameter bunga dan panjang kelopak bunga dari keenambelas anggrek spesies yang diuji menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang nyata.</p> <p>Tampak bahwa <i>G. scriptum</i> mempunyai panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai bunga nyata paling tinggi diantara keenambelas anggrek spesies yang diuji. Namun demikian, nilai diameter bunga (6,24 cm) spesies ini nyata lebih kecil dari <i>D. stratiotes</i>. Bunga <i>D. stratiotes</i> memiliki diameter yang nyata paling besar diantara spesies yang diuji, yaitu 9,27 cm. Demikian juga jumlah kuntum bunga yang dihasilkan oleh <i>G. scriptum</i> nyata lebih sedikit daripada <i>D. secundum,</i> masing-masing 27,75 dan 50. Hal ini menunjukkan bahwa panjang dan lebar daun yang besar tidak menjamin akan menghasilkan bunga yang besar dan banyak jumlahnya.</p> <p>Tinggi tanaman <i>D. anosmum</i> memiliki nilai tertinggi, yaitu 118,40 cm, yang nyata berbeda dengan tinggi tanaman ke lima belas anggrek spesies lainnya. Batang anggrek ini berupa <i>pseudobulb</i> atau batang semu yang tumbuh menggantung ke bawah. Hanya pada saat tumbuhnya tunas baru saja, pertumbuhan <i>pseudobulb</i> dari anggrek ini ke arah atas. Pertumbuhan batang selanjutnya menggantung ke arah bawah, seiring dengan bertambah panjangnya <i>pseudobulb</i>.Tanaman anggrek yang terpendek adalah <i>B. lobii</i> (5,00 cm). Berbeda dengan <i>D. anosmum</i>, <i>B. lobii</i> memiliki batang berupa bulb. Nilai tinggi tanaman anggrek jenis ini tidak nyata berbeda dengan <i>D. bracteosum</i> (17,77 cm), <i>D. capra</i> (12,15 cm), <i>D. johannis</i> (34,48 cm), <i>D. macrophyllum</i> (31,12 cm), <i>D. phalaenopsis</i> (20,02 cm), <i>P. amboinensis</i>, <i>P. violaceae</i>, <i>A. miniatum</i> dan <i>G. scriptum</i>.</p> <p><i>G. scriptum</i> memiliki daun terpanjang dan terlebar. Lebar daun <i>G. scriptum</i> sama dengan lebar daun <i>P. violaceae</i>, <i>P. amboinensis</i> dan <i>D. macrophyllum</i>. Lebar daun terkecil dimiliki <i>D. capra</i> (1,09 cm) yang sama dengan <i>D. bracteosum</i> (1,56 cm), <i>D. johannis</i> (1,76 cm), <i>D. phalaenopsis</i> (2,36 cm) dan <i>A. miniatum</i> (1,52 cm).</p> <p>Nilai perbandingan panjang dengan lebar daun terbesar dimiliki oleh <i>V. tricolor</i>, sebesar 10,48; yang tidak berbeda nyata dengan <i>D. capra</i> (9,55). Nilai perbandingan panjang dengan lebar daun terkecil dimiliki oleh <i>D. stratiotes</i> (2,20) yang tidak berbeda nyata dengan <i>D. macrophyllum</i>, <i>D. secundum</i>, <i>D. undulatum</i>, <i>D. veratrifolium</i>, <i>P. amboinensis</i> dan <i>P. violaceae</i> (masing-masing dengan nilai 3,05; 2,75; 2,25; 2,48; 2,73 dan 2,68).</p> <p>Jumlah kuntum bunga yang terbanyak dimiliki oleh <i>D. secundum</i> (50 buah) dan paling sedikit dimiliki oleh <i>B. lobii</i> (1 buah) yang tidak nyata berbeda dengan <i>D. anosmum</i>, <i>D. bracteosum</i>, <i>D. capra</i>, <i>D. johannis</i>, <i>D. phalaenopsis</i>, <i>D. stratiotes</i>, <i>P. amboinensis</i>, <i>P. violaceae</i> dan <i>A. miniatum</i>. Karakteristik bunga <i>B. lobii</i> terletak pada labellumnya yang dapat bergoyang apabila ditiup angin. Dengan adanya ciri khas bunga yang seperti ini, anggrek <i>B. lobii</i> memiliki sebutan anggrek lidah bergoyang atau kembang goyang. <i>G. scriptum</i> memiliki tangkai bunga yang paling panjang diantara keenam belas anggrek spesies yang diuji, yaitu 92,27 cm. Panjang tangkai bunga terpendek dimiliki oleh anggrek <i>D. anosmum</i> (1,36 cm) yang sama dengan panjang tangkai bunga anggrek <i>D. bracteosum</i>, <i>D. secundum</i>, <i>P. amboinensis</i>, <i>P. violaceae</i>, <i>A. miniatum</i> dan <i>B. lobii</i>.</p> <p>Diameter bunga anggrek yang paling besar, yaitu 9,27 cm dimiliki oleh <i>D. stratiotes</i>. <i>D. stratiotes</i> ini memiliki mahkota bunga (petala) yang panjang terpelintir tegak ke atas. Besarnya diameter bunga anggrek tersebut sama dengan besarnya diameter bunga <i>D. anosmum</i>. Diameter bunga terkecil dimiliki oleh anggrek <i>D. secundum</i> (0,74 cm). Ukuran diameter anggrek ini paling kecil disebabkan oleh bunga ini tidak dapat membuka atau mekar dengan maksimal. Ukuran bunga yang mini, tersusun sangat rapat, dan dalam satu tangkai bunga terdiri atas kuntum bunga yang banyak, merupakan ciri khas yang membuat <i>D. secundum</i> diberi sebutan sebagai anggrek sikat. Ukuran diameter bunga anggrek ini sama besarnya dengan anggrek <i>A. miniatum</i> (1,13 cm).</p> <p>Kelopak bunga (sepala) terpanjang dimiliki oleh anggrek <i>B. lobii</i> (6 cm) yang nyata berbeda dengan kelima belas anggrek spesies lainnya. Anggrek ini memiliki sepala dorsale atau kelopak bunga bagian atas tegak, berwarna kuning dan panjang. Sepala paling pendek dimiliki oleh anggrek jenis <i>A. miniatum</i> (0,63 cm) yang sama ukurannya dengan anggrek <i>D. secundum</i> (0,92 cm). Dari keenambelas jenis anggrek yang diuji, hanya ada empat jenis yang mempunyai tipe pertumbuhan batang monopodial, yaitu <i>P. amboinensis</i>, <i>P. violaceae</i>, <i>Vanda tricolor</i> dan <i>A. miniatum</i>. Kedua belas jenis anggrek lainnya tipe pertumbuhan batangnya tergolong simpodial. Dari segi aroma bunga, terdapat keanekaragaman aroma bunga mulai dari tidak beraroma sampai sangat beraroma. Demikian pula dengan warna kehijauan daun, hanya <i>Vanda tricolor</i> yang warna daunnya berbeda dengan kelima belas jenis anggrek lainnya.</p> <p>Masing-masing jenis memperlihatkan karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan habitat asal diambilnya tanaman anggrek yang bersangkutan. Habitat asal tanaman anggrek memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan anggrek melalui pengaruh sinar matahari, cuaca atau keadaan iklim, suhu udara, kelembaban udara serta tersedianya unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman anggrek untuk mendukung pertumbuhan tanaman anggrek, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas bunga yang dihasilkannya. Meskipun terdapat keragaman karakter dari masing-masing jenis anggrek yang diuji, terdapat pula kesamaan karakter.</p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Orchidaceae&action=edit&section=3" title="Sunting bagian: Anggrek Berdasarkan Tipe Pertumbuhan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Anggrek_Berdasarkan_Tipe_Pertumbuhan">Anggrek Berdasarkan Tipe Pertumbuhan</span></h2> <p>Monopodial<br />Anggrek ini hanya memiliki satu batang dan satu titik tumbuh saja. Bunganya tumbuh dari ujung batang. Anggrek ini dapat diperbanyak dengan stek batang dan biji. contoh: Vanda sp., dan Phalaenopsis sp. (Anggrek Bulan).</p> <p>Simpodial<br />Anggek ini memiliki lebih dari satu titik tumbuh. Tunas baru muncul dari sekitar batang utama. Bunga bisa muncul di pucuk atau sisi batang, tetapi ada juga yang muncul dari akar tinggal. Bayangnya menyimpan air cadangan makanan atau umbi semu. Anggrek ini dapat diperbanyak dengan cara split, pemisahan keiki, biji. Contoh: Dendrobium sp., Cattleya sp.</p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Orchidaceae&action=edit&section=4" title="Sunting bagian: Anggrek Berdasarkan Tempat Tumbuh">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Anggrek_Berdasarkan_Tempat_Tumbuh">Anggrek Berdasarkan Tempat Tumbuh</span></h2> <p>Anggrek Epifit<br />Anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Akar anggrek menyerap makanan dari air hujan, kabut dan udara sekitar. Contoh : Cattleya sp., Dendrobiumsp.,</p> <p>Anggrek Terestial<br />Anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung. akarnya mengambil makanan dari tanah. Contoh : Vanda sp.</p> <p>Anggrek Saprofit.<br />Anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta menbutuhkan sedikit cahaya matahari. Jenis ini tidak memiliki daun dan klorofil. Contoh : Goodyera sp.</p> <p>Anggrek Litofit.<br />Anggrek yang tumbuh pada batu-batuan atau tanah berbatu, dan tahan terhadap cahaya matahari penuh. Anggek ini mengambil makanan dari hujan, udara, humus. Contoh : Paphiopedilum sp.</p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Orchidaceae&action=edit&section=5" title="Sunting bagian: Pemanfaatan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Pemanfaatan">Pemanfaatan</span></h2> <p>Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bunga_potong&action=edit&redlink=1" class="new" title="Bunga potong (halaman belum tersedia)">bunga potong</a>. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anggrek_bulan" title="Anggrek bulan">Anggrek bulan</a> adalah bunga pesona bangsa Indonesia. Anggrek juga menjadi bunga nasional <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura" title="Singapura">Singapura</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Thailand" title="Thailand">Thailand</a>.</p> <div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 202px;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Orchis_sancta_Orchi_05.jpg" class="image"><img alt="" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/dd/Orchis_sancta_Orchi_05.jpg/200px-Orchis_sancta_Orchi_05.jpg" class="thumbimage" width="200" height="267" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Orchis_sancta_Orchi_05.jpg" class="internal" title="Perbesar"><img src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" alt="" width="15" height="11" /></a></div> Bunga anggrek</div> </div> </div> <p>Anggrek sering dipergunakan sebagai simbol dari rasa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta" title="Cinta">cinta</a>, kemewahan, dan keindahan selama berabad-abad. Bangsa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yunani" title="Yunani">Yunani</a> menggunakan anggrek sebagai simbol kejantanan, sementara bangsa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" title="Tiongkok">Tiongkok</a> pada zaman dahulu kala mempercayai bahwa anggrek sebagai tanaman yang mengeluarkan aroma harum dari tubuh Kaisar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" title="Tiongkok">Tiongkok</a>.</p> <p>Pada pertengahan zaman, anggrek mempunyai peran penting dalam pengembangan tehnik pengobatan menggunakan tumbuh-tumbuhan. Penggunaannya pun meluas sampai menjadi bahan ramu-ramuan dan bahkan sempat dipercaya sebagai bahan baku utama pembuatan ramuan ramuan cinta pada masa tertentu. Ketika anggrek muncul dalam mimpi seseorang, hal ini dipercaya sebagai simbol representasi dari kebutuhan yang mendalam akan kelembuatan, romantisme, dan kesetiaan dalam suatu hubungan. Akhirnya, pada permulaan abad ke-18, kegiatan mengkoleksi anggrek mulai menjadi kegiatan yang banyak dilakukan di segala penjuru dunia, terutama karena keindahan tanaman ini.</p> <p>Vanili (<i>Vanilla planifolia</i>) juga merupakan anggota suku anggrek-anggrekan. Tumbuhan ini dimanfaatkan buahnya. Untuk menghasilkan buah, vanili harus "dikawinkan" oleh manusia, karena serangga penyerbuknya tidak mampu hidup di luar daerah asalnya, meskipun sekarang usaha-usaha ke arah pemanfaatan serangga mulai dilakukan.</p> <h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Orchidaceae&action=edit&section=6" title="Sunting bagian: Jenis-jenis anggrek hias">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Jenis-jenis_anggrek_hias">Jenis-jenis anggrek hias</span></h3> <p>Penyebutan jenis anggrek hias biasa disebutkan dengan nama genusnya saja karena banyak sekali hibrida antarspesies dan antargenus yang telah dibuat. Akibatnya, penamaan anggrek memiliki semacam aturan khusus yang agak "menyimpang" dari aturan penamaan botani biasa.</p> <p>Berikut adalah nama-nama genus anggrek hias populer:</p> <ul><li><i><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cattleya&action=edit&redlink=1" class="new" title="Cattleya (halaman belum tersedia)">Cattleya</a></i>, bunganya besar dan spektakuler, namun sulit dipelihara</li><li><i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dendrobium" title="Dendrobium">Dendrobium</a></i>, tanaman hias paling populer dari antara jenis-jenis anggrek</li><li><i><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Grammatophylum&action=edit&redlink=1" class="new" title="Grammatophylum (halaman belum tersedia)">Grammatophylum</a></i>, anggotanya termasuk <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anggrek_Papua_raksasa&action=edit&redlink=1" class="new" title="Anggrek Papua raksasa (halaman belum tersedia)">anggrek Papua raksasa</a></li><li><i><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Oncidium&action=edit&redlink=1" class="new" title="Oncidium (halaman belum tersedia)">Oncidium</a></i>, termasuk di dalamnya anggrek "golden shower"</li><li><i><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Phalaenopsis&action=edit&redlink=1" class="new" title="Phalaenopsis (halaman belum tersedia)">Phalaenopsis</a>]</i>, kepopulerannya mendekati <i>Dendrobium</i>. Anggrek bulan adalah salah satu jenisnya</li><li><i><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Spathyphyllum&action=edit&redlink=1" class="new" title="Spathyphyllum (halaman belum tersedia)">Spathyphyllum</a></i>, anggrek tanah</li><li><i><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vanda&action=edit&redlink=1" class="new" title="Vanda (halaman belum tersedia)">Vanda</a></i>, biasanya sebagai bunga potong</li></ul>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-27645365467768218522010-02-26T10:57:00.000-08:002010-02-26T10:58:12.355-08:00Tulip<table width="100%" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody><tr><td class="icon" width="120"><nobr><img alt="Review" title="Review" src="http://images.multiply.com/multiply/icons/clean/24x24/reviews.png" width="24" height="24" /><img alt="Review" title="Review" src="http://images.multiply.com/multiply/icons/clean/24x24/reviews.png" width="24" height="24" /><img alt="Review" title="Review" src="http://images.multiply.com/multiply/icons/clean/24x24/reviews.png" width="24" height="24" /><img alt="Review" title="Review" src="http://images.multiply.com/multiply/icons/clean/24x24/reviews.png" width="24" height="24" /><img alt="Review" title="Review" src="http://images.multiply.com/multiply/icons/clean/24x24/reviews.png" width="24" height="24" /></nobr></td><td class="cattitle"><a rel="bookmark" href="http://bungazahra.multiply.com/reviews/item/2">Tulip</a></td><td class="itemsubsub"><br /></td></tr></tbody></table><img style="position: relative; float: right; margin-left: 5px;" src="http://images.bungazahra.multiply.com/image/2/photos/upload/300x300/Rb7o2AoKCp8AABQICac1/77058045-512085243d.jpg?et=rDRybSv1q20n9EOkqe2H%2Cg&nmid=19006292" width="205" border="0" height="300" /><table style="font-weight: bold; margin-bottom: 5px;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody><tr><td width="70">Category:</td><td>Other</td></tr></tbody></table><div id="item_body" class="bodytext" author="bungazahra" is_pmrepliable="1" author_possessive="bungazahra's"><b>Tulip</b> (Tulipa) merupakan nama genus untuk 100 spesies tanaman berbunga yang termasuk ke dalam keluarga Liliaceae. Tulip berasal dari Asia Tengah, tumbuh liar di kawasan pegunungan Pamir dan pegunungan Hindu Kush dan stepa di Kazakhstan. Negeri Belanda terkenal sebagai negeri bunga tulip. Tulip juga merupakan bunga nasional Iran dan Turki.<br /><br /><br />Tulip merupakan tanaman perenial berumbi, tingginya antara 10-70 cm, daunnya berlilin, berbentuk sempit memanjang berwarna hijau nuansa kebiru-biruan, dan bunganya berukuran besar terdiri 6 helai daun bunga. Tulip hasil persilangan menghasilkan bunga berwarna tunggal, merah, oranye, kuning, hijau, biru, ungu atau bunga dengan berbagai macam kombinasi dan gradasi warna. Tulip menghasilkan biji-biji berbentuk bundar pipih yang dibungkus kapsul kering.<br /><br /><br />Seperti halnya bunga mawar, lili, anggrek dan peony, tulip adalah tanaman bunga yang paling banyak dibudayakan manusia.<br /><br /><br /><b>Teknik Penanaman</b><br /><br /><br />Tulip tidak bisa hidup di alam terbuka wilayah tropis karena memerlukan suhu rendah di musim dingin untuk dapat tumbuh. Tulip dapat dipaksa untuk berbunga lebih cepat dari normal jika diletakkan di tempat yang suhunya diatur menjadi lebih tinggi.<br /><br /><br />Tulip dapat ditanam dengan dua cara, menggunakan umbi atau biji. Tulip yang ditanam dari umbi membutuhkan waktu setahun untuk dapat menghasilkan bunga yang cukup besarnya, sedangkan tanaman yang ditanam dari biji membutuhkan waktu antara 5-7 tahun agar dapat berbunga.<br /><br /><br />Bunga yang telah selesai mekar harus dipotong untuk mendapatkan umbi.<br /><br /><br />Menurut hasil penelitian yang berlaku hanya untuk bunga Tulip, jika sewaktu bunga belum mekar bagian bawah kuncup bunga ditusuk hingga tembus dengan jarum (misalnya jarum jahit), gas etilen akan diproduksi oleh bunga yang terluka sehingga masa mekar bunga menjadi lebih panjang. Perlakuan yang sama jika dilakukan terhadap bunga yang sudah mekar menyebabkan masa mekar malah menjadi lebih singkat.<br /><br /><br /><b>Sejarah</b><br /><br /><br />Pada mulanya bunga tulip tumbuh liar di kawasan Asia Tengah dan Asia Barat. Kerajaan Ottoman Turki terpikat pada keindahan dan kesempurnaan bunga tulip dan mulai membudidayakan bunga tulip sejak tahun 1000. Motif-motif bunga tulip sudah sejak lama banyak dipakai dalam seni ornamen Persia dan Turki. Nama yang diberikan orang Eropa untuk tulip berasal dari bahasa Persia untuk sorban (bahasa Persia: دلبنت, dulband) karena bunga tulip ketika belum mekar sepenuhnya bentuknya terlihat seperti sorban.<br /><br /><br />Jenis-jenis tulip yang sudah dikenal sejak zaman dulu mempunyai motif garis-garis, "coretan kuas," atau "jilatan api" atau mempunyai warna lain pada bagian-bagian tertentu daun bunga, sedangkan jenis-jenis yang lebih baru mempunyai pola aneka warna pada daun bunga. Sentuhan warna lain pada warna dasar bunga tulip disebabkan perubahan pigmen di bagian atas dan bagian bawah bunga.<br /><br /><br />Infeksi virus mosaik yang dibawa serangga sejenis kutu menyebabkan terjadinya jenis tulip langka dengan motif indah seperti coretan kuas yang diburu orang Belanda sewaktu demam bunga Tulip mania. Virus mosaik menyebabkan tanaman tulip menderita dan mati perlahan-lahan, walaupun bunga yang dihasilkan menjadi sangat indah. Sekarang ini, virus mosaik dapat dikatakan sudah hampir musnah dari ladang-ladang bunga tulip.<br /><br /><br />Di Kerajaan Ottoman dan Belanda, tingginya permintaan atas tulip yang tidak diimbangi pasokan yang cukup menimbulkan fenomena yang disebut Tulip Mania. Permainan harga tulip oleh para spekulan juga menjadi salah satu sebab kemunduran ekonomi Kesultanan Ottoman.<br /><br /><br />Belanda setiap tahunnya mengirimkan bunga tulip untuk ditanam di kota Ottawa sebagai ucapan terima kasih kepada Kanada yang membebaskan Belanda dari Nazi Jerman dan sewaktu zaman pendudukan bermurah hati menyediakan tempat bermukim Ratu Juliana yang pada waktu itu masih puteri mahkota.<br /><br /><br />Untuk mengetahui jenis-jenis tulip, linknya: <a href="http://www.theplantexpert.com/springbulbs/TulipIntro.html">http://www.theplantexpert.com/springbulbs/TulipIntro.html</a></div>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-41858532465322400942010-02-26T10:56:00.000-08:002010-02-26T10:57:29.370-08:00Jenis – jenis Bunga<h2><a href="http://lavigna.wordpress.com/2008/04/09/jenis-jenis-bunga/" rel="bookmark" title="Jenis – jenis Bunga">Jenis – jenis Bunga</a></h2> <div class="postinfo"> Posted on <span class="postdate">April 9, 2008</span> by lavigna </div> <p style="text-align: justify;"><span><span style="color: rgb(0, 0, 255);"> Saat ini banyak jenis bunga yang bisa kita dapatkan di toko bunga. Biasanya toko bunga menjualnya lengkap dengan vas bunga. Namun kita juga dapat membeli hanya seikat bunga. Berbagai bunga yang dijual, dipajang dengan indah. Kita dapat membelinya untuk hadiah kepada orang yang kita sayangi maupun untuk kita sendiri sebagai tanaman budidaya. Selain itu, banyak juga bunga yang dijadikan sebagai tanaman hias. Berikut ini adalah jenis-jenis bunga :</span></span></p> <p><span style="color: rgb(255, 0, 0);"><strong><span style="text-decoration: underline;">BUNGA TULIP</span></strong></span></p> <p style="text-align: justify;"><a href="http://lavigna.files.wordpress.com/2008/04/bunga-tulip.jpeg"><img class="alignleft size-medium wp-image-31" src="http://lavigna.files.wordpress.com/2008/04/bunga-tulip.jpeg?w=140&h=104" alt="" width="140" height="104" /></a></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(255, 0, 255);">Bunga Tulip yang banyak tumbuh dan terkenal di negara Belanda, juga merupakan jenis bunga yang banyak dicari. Bunga ini tumbuh di musim dingin, dan tidak dapat tumbuh subur di tempat yang beriklim tropis. Bunga yang tumbuh pada tanaman hijau yang berukuran 10 sampai 70 cm ini biasanya berbentuk kuncup seperti kapsul, yang didalam kapsul terebut terdapat putik dan benang sari. Mahkota bunga yang kuncup ini ada 6 buah, seakan mengikat putik-putik yang ada didalamnya. Bunga kapsul ini juga dinamakan Single Early Tulip atau Triumph Tulip. Namun bunga Tulip tidak hanya berbentuk kapsul, ada juga Tulip yang kelopaknya berjumlah banyak dan mekar, dengan bunga-bunga kecil di tengahnya. Tulip ini disebut juga Double Early Tulip.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(255, 0, 0);"><strong><span style="text-decoration: underline;">BUNGA KAMBOJA</span></strong></span></p> <p style="text-align: justify;"><a href="http://lavigna.files.wordpress.com/2008/04/bunga-kamboja.jpeg"><img class="alignleft size-medium wp-image-32" src="http://lavigna.files.wordpress.com/2008/04/bunga-kamboja.jpeg?w=150&h=113" alt="" width="150" height="113" /></a></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(255, 0, 255);">Bunga Kamboja berasal dari Amerika Tengah dan banyak tumbuh di Meksiko dan Venezuela. Bunga ini lebih dikenal dengan nama Plumeria, yang diambil dari nama seorang ahli tanaman yang berasal dari Perancis dan terkenal pada abad ke-17, yaitu Charles Plumier. Sebelum terkenal dengan nama Plumeria, bunga Kamboja dikenal dengan nama Frangipani. Nama ini adalah nama seorang berkebangsaan Itali yang menemukan dan membuat minyak wangi dari bunga Kamboja di abad ke-16.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(255, 0, 255);">Bunga ini kebanyakan berwarna putih bercampur kuning pada 5 mahkota bunganya. Ada juga bunga Kamboja yang memiliki perpaduan warna merah muda dan kuning yang menambah keindahan bunga tersebut.Bunga ini tumbuh di daerah tropis dan dapat mekar dengan bantuan sinar matahari yang berlimpah.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(255, 0, 255);">Wangi Kamboja ini lebih tercium dan harum sewaktu malam hari. Konon, tanaman bunga ini sebagai tempat persinggahan dan perlindungan makhluk halus. Tidak heran bila bunga ini juga banyak tumbuh di daerah pemakaman. Namun saat ini bunga Kamboja telah menjadi tanaman hias di halaman setiap rumah karena bunga ini semakin banyak variasinya.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(255, 0, 0);"><strong><span style="text-decoration: underline;">BUNGA SEPATU</span></strong></span></p> <p style="text-align: justify;"><a href="http://lavigna.files.wordpress.com/2008/04/bunga-sepatu.jpeg"><img class="alignleft size-medium wp-image-33" src="http://lavigna.files.wordpress.com/2008/04/bunga-sepatu.jpeg?w=124&h=93" alt="" width="124" height="93" /></a></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(255, 0, 255);">Kembang Sepatu berasal dari Asia Timur. Bunga ini juga dapat dijadikan sebagai tanaman hias karena warna-warnanya yang cantik. Bunga ini merupakan jenis tanaman semak dan tumbuh di daerah yang suhunya hangat. Bunga tumbuh pada tanaman yang dapat mencapai ketinggian 2 sampai 5 meter. Daunnya mempunyai bentuk yang agak lebar dan bulat dengan ujung daun yang meruncing.</span></p>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-143583683457359912010-02-26T10:50:00.002-08:002010-02-26T10:54:08.029-08:00Bunga Bangkai bukan Rafflesia Arnoldii<div class="headerdisplay"> <h1> Bunga Bangkai bukan Rafflesia Arnoldii</h1> <p id="newsCredit"> <span id="ctl00_ContentPlaceHolder1_lblDate">Minggu, 25-05-2008 09:25:48</span> oleh: <span id="ctl00_ContentPlaceHolder1_lblContributorName"><a href="http://www.wikimu.com/Member/profileMember.aspx?id=659" class="linkBerita2" style="font-size: 8pt;">Silvi Anhar </a></span> <br /> Kanal: <a href="http://www.wikimu.com/News/Iptek.aspx" id="ctl00_ContentPlaceHolder1_lnkChannel">Iptek</a> </p> </div> <div id="newsBody"> <img id="ctl00_ContentPlaceHolder1_imgNews" class="large" src="http://www.wikimu.com/Common/NewsImage.ashx?id=8446" alt="Bunga Bangkai bukan Rafflesia Arnoldii" style="border-width: 0px;" align="left" /> <span id="ctl00_ContentPlaceHolder1_lblNews"><div><p>“Bu, aku bingung, sebenarnya bunga bangkai itu Rafflesia arnoldii atau bukan? Tapi kok gambarnya beda ”, Tanya seorang siswa SD kepadaku, sambil menunjukkan dua gambar yang berbeda.</p><p> </p></div><div><p>Yang satu berbentuk :</p><p> Bunga Bangkai (<em>Amorphophallus titanium </em> )</p><p><a><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" alt="" href="http://www.rumahbogor.com/bungabangkai.jpg/bungabangkai-full.jpg" style="'width:99.75pt;height:150pt'" button="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\aarino\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image001.jpg" href="http://www.rumahbogor.com/bungabangkai.jpg/bungabangkai-medium.jpg"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="http://www.rumahbogor.com/bungabangkai.jpg/bungabangkai-full.jpg" alt="" width="133" align="left" border="0" height="200" /><!--[endif]--></a></p><p> </p><p> </p><p> </p><p> </p><p> </p><p> </p><p> </p><p> </p><p>Dan satu lagi berbentuk :</p><p> Padma Raksasa (Rafflesia arnoldii)</p><p><a title="Bunga Bangkai.jpg"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1026" type="#_x0000_t75" alt="" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Bunga_Bangkai.jpg" title="" style="'width:90pt;height:66.75pt'" button="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\aarino\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image002.jpg" href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/5/55/Bunga_Bangkai.jpg/120px-Bunga_Bangkai.jpg"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/5/55/Bunga_Bangkai.jpg" alt="" width="120" align="left" border="0" height="89" /><!--[endif]--></a></p></div><p> </p><p> </p><p> </p><p> </p><p>Nah, terkadang di buku-buku pelajaran sekolah, yang tertulis dibawah gambar kedua gambar itu tertulis “bunga Bangkai Rafflesia Arnoldi”.</p><p><br />Dulu, aku pun menganggap bahwa Rafflesia arnoldii adalah Bunga Bangkai. Atau Bunga Bangkai adalah Rafflesia arnoldii. Tetapi, suatu hari, seorang siswa SD berpikir kritis, bingung melihat dua bentuk gambar yang berbeda, tetapi dengan nama yang sama “bunga bangkai Rafflesia arnoldii”.</p><p> Akhirnya, karena ditanya demikian, awalnya saya pun menjawab, sama, namun siswa ini protes.. “loh Bu, kalo namanya sama, tapi kok gambarnya beda? Aku jadi bingung Bu…”</p><p> Setelah aku perhatikan buku pelajaran tersebut, aku pun ikut-ikutan bingung. Maka suatu hari, aku pun mencari tahu, apa sih Bunga Bangkai itu? Apa sih Rafflesia Arnoldi itu? Sama atau beda? (wahhh biologi ku ga kompeten nich? )</p><p>Mulailah aku bertanya pada 'Bu Google', namun umumnya yang kudapat belum memuaskanku, lalu aku pun mencoba bertanya pada 'Bu Wikipedia', dan langsung ku dapat.</p><p>Jadi, <strong>Rafflesia arnoldii</strong>, dikenal sebagai <strong>Patma raksasa</strong> (<em>Rafflesia arnoldii</em>) yang merupakan <strong><a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan" title="Tumbuhan">tumbuhan</a><a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_parasit" title="Tumbuhan parasit">parasit</a></strong> obligat, yang terkenal karena memiliki <a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bunga" title="Bunga">bunga</a> berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di <a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dunia" title="Dunia">dunia</a>. <strong>Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (<a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Liana" title="Liana">liana</a>) <em><a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tetrastigma&action=edit&redlink=1" title="Tetrastigma (belum dibuat)">Tetrastigma</a></em> dan tidak memiliki <a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daun" title="Daun">daun</a> sehingga tidak mampu ber<a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis" title="Fotosintesis">fotosintesis</a></strong>. Tumbuhan ini <a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tumbuhan_endemik&action=edit&redlink=1" title="Tumbuhan endemik (belum dibuat)">endemik</a> di <a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sumatera" title="Pulau Sumatera">Pulau Sumatera</a>, terutama bagian selatan (<a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu" title="Bengkulu">Bengkulu</a>, <a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jambi" title="Jambi">Jambi</a>, dan <a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Selatan" title="Sumatera Selatan">Sumatera Selatan</a>). <a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Taman_Nasional_Kerinci-Seblat&action=edit&redlink=1" title="Taman Nasional Kerinci-Seblat (belum dibuat)">Taman Nasional Kerinci-Seblat</a> merupakan daerah konservasi utama spesies ini. Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus <em><a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rafflesia&action=edit&redlink=1" title="Rafflesia (belum dibuat)">Rafflesia</a></em> yang lainnya, terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat. </p><p><strong>Bunga ini merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai</strong>. Diameter bunga ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga menghisap unsur anorganik dan organik dari <a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tanaman_inang&action=edit&redlink=1" title="Tanaman inang (belum dibuat)">tanaman inang</a><em>Tetrasigma</em>. Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai "tanaman" adalah jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat <em>Tetrastigma</em>. Bunga mempunyai lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi <a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Benang_sari" title="Benang sari">benang sari</a> atau <a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Putik&action=edit&redlink=1" title="Putik (belum dibuat)">putik</a> bergantung pada jenis kelamin bunga, jantan atau betina. <strong>Hewan penyerbuk adalah <a target="_blank" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lalat" title="Lalat">lalat</a> yang tertarik dengan bau busuk yang dikeluarkan bunga</strong>. Bunga <strong>hanya</strong><strong>berumur</strong> sekitar satu minggu (<strong>5-7 hari</strong>) dan setelah itu layu dan mati. Presentase pembuahan sangat kecil, karena bunga jantan dan bunga betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam satu minggu, itu pun kalau ada lalat yang datang membuahi. (sumber, wikipedia)</p><p>Nah sedangkan <strong>Bunga Bangkai</strong> adalah jenis <strong><em>Amorphophallus titanium</em></strong><em>. </em>Bunga ini memberi pesona tersendiri karena disamping keindahan juga pertumbuhannya yang tinggi dan besar. Itulah sebabnya disebut juga dengan Suweg Raksasa.</p><p>Bunga ini <strong>muncul dari dalam tanah berasal dari umbi tumbuhan yang telah hilang pada akhir masa pertumbuhannya</strong>. Dalam masa perkembangan, bunga atau kembang sangat <strong>tergantung pada umbi yang ada di dalam tanah</strong>.</p><p>Bunga ini terdiri dari : tangkai bunga, kelopak atau selundang dan bongkol berbentuk tugu ditengah-tengah kelopak bunga.</p><p>Perkembangan bunga yang dimulai sejak berbentuk kuncup hingga menjadi kayu diperkirakan kurang lebih 2 bulan. Bunga bangkai yang tumbuh, memiliki <strong>siklus dari mulai kuncup hingga mekar jauh leih cepat sekitar 22 hari dan waktu tercepat pada saat kelopak bunga layu hanya sekitar 24 jam</strong>.</p><p><strong>Banyak orang mengidentikannya dengan bunga bangkai yang satu lagi yaitu Rafflesia arnoldi bunga terbesar di dunia (padma raksasa)</strong>. </p><p>Pada hal keduanya <strong>memiliki perbedaan yang sangat prinsipil</strong>. </p><p><strong>Persamaan </strong>yang paling menonjol diantara kedua kembang ini terletak pada <strong>bau atau aroma yang disebarkan</strong>. </p><p>Sedangkan perbedaannya meliputi :</p><ul><li>Dalam hal bentuk, dimana Rafflesia arnoldi berbentuk bundar melebar sedangkan Arorphophallus titanum berbentuk kerucut seperti agung yang masih berbalut; </li><li>Bianga Arorphophallus titanum adalah umbi yang tertanam di dalam tanah. Sedangkan Rafflesia arnoldi merupakan parasit yang tumbuh pada akar-akar liana dan yang menyebarkannya terutama adalah babi hutan yang tidak sengaja melukai akar liana dengan injakan. Pada injakan bekas kuku babi hutan itulah spora rafflesia tersimpan dan menemukan tempat yang cocok untuk tumbuh. (sumber: www. Dephut.go.id/SUMUT)</li></ul><p> Nah, jadi, demikianlah, ternyata selama ini aku selalu menganggap rafflesia arnoldii adalah bunga bangkai dan bunga bangkai adalah Rafflesia arnoldii.</p><p>Padahal yang sama cuma pada Bau- nya saja untuk menarik perhatian sang Lalat untuk proses penyerbukan pada masing-masing bunga tersebut. Tetapi jenis dan bentuknya adalah berbeda sama sekali.</p><p>Semoga para penerbit buku, hati-hati dalam menampilkan gambar serta penulisan nama pada kedua gambar yang berbeda tersebut.</p><p> </p><p>Sumber & sumber gambar: wikipedia, www.dephut.go.id/sumut, rumahbogor.com </p></span> </div>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-33921556226385405642010-02-26T10:50:00.001-08:002010-02-26T10:50:53.015-08:00Amorphophalus di Sulawesi Utara J.S. Tasirin<!-- /.title-container --> <p><strong>Amorphophalus di Sulawesi Utara</strong><br /><em><strong>J.S. Tasirin</strong></em></p> <p>Adalah genus dari famili <em>Araceae</em> (talas-talasan). Ada 189 jenis <em>Amorphophallus</em> di seluruh dunia. Hampir semua dari jenis ini hanya ditemukan di daerah tropis Afrika dan Asia. Jenis <em>Amorphophallus</em> yang secara alami tumbuh di garis lintang paling utara ditemukan di Jepang<em> (A. kiusianus). Amorphophallus</em> yang berukuran paling besar adalah bunga bangkai raksasa (<em>A. titanum</em>) di Sumatera.</p> <p><span id="more-195"></span></p> <p>Di Indonesia bisa ditemukan 24 jenis Amorphophallus yakni <em>A. lambii, A. Pendulus, A. Haematospadix, A. decus-silvae, A. Discophorus, A. Sagittarius, A. variabilis, A. plicatus, A. linguiformis, A. borneensis, A. costatus, A. beccarii, A. gigas, A. gracilis, A. manta, A. titanum, A. forbesii, A. hirsutus, A. annulifer, A. paeoniifolius, A. spectabilis, A. asper, A. prainii</em>, dan <em>A. muelleri.</em></p> <p>Yang dilindungi undang-undang (PP 7 tahun 1999) di Indonesia hanya dua jenis saja yakni bunga bangkai raksasa (<em>A. titanum</em>) dan bunga bangkai jangkung (<em>A. decussilvae</em>).</p> <p>Di Sulawesi bisa ditemukan tiga jenis yakni <em>A. paeoniifolius, A. muelleri, </em>dan <em>A. plicatus.</em> Jenis yang paling sering ditemukan di Minahasa seperti yang dilaporkan baru-baru ini dan foto dari Thanos (1997) adalah <em>A. paeoniifolius</em> yang sebenarnya bisa ditemukan mulai dari Madagaskar, Indonesia, pesisir utara Australia, PNG terus sampai ke Polynesia. Jenis <em>A. muelleri</em> juga tersebar cukup luas karena bisa ditemukan di Thailand, Kep. Andaman, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Sedangkan jenis A. plicatus hanya ditemukan di Pulau Sulawesi dan bahkan hanya di Sulawesi Utara.</p> <p><em>Amorphophallus paeoniifolius</em></p> <p><em>Amorphophallus paeoniifolius</em> memiliki 12 sinonim yakni: <em>A. campanulatus, A. dubius, A. sativus, A. decurrens, A. chatty, A. virosus, A. rex, A. malaccensis, A. gigantiflorus, A. microappendiculatus, A. bangkokensis</em>, dan <em>A. dixenii</em>.<br />Umbinya bisa mencapai diameter 30 cm dengan tebal 20 cm. Tunas keluar dari umbi utama terjadi setiap tahun sepanjang 10 cm dan diameter 4 cm. Daunnya bisa mencapai panjang 3 m. Tangkai bunga yang terletak di bagian bawah bisa mencapai panjang 20cm dengan diameter 8 cm sedangkan seludang yang membungkus bunga bisa mencapai panjang 40 cm dengan diameter 60 cm. Bunga bisa mencapai panjang 70 cm.<br /><em> A. paeoniifolius</em> biasanya ditemukan tumbuh di hutan sekunder atau lahan tergangu baik di tanah yang ternaungi maupun yang terbuka di pesisir pantai sampai pada ketinggian 700 meter dari permukaan laut.</p>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-74836716087884120352010-02-26T10:48:00.000-08:002010-02-26T10:50:12.814-08:00JENIS DAN PERSEBARAN FLORA DI INDONESIA DAN DUNIA<div class="header1"> </div><div class="searchArea"><form action="../search_result.php" method="POST" name="searchform"><table width="100%" border="0" cellpadding="1" cellspacing="0"><tbody><tr><td width="50%"><br /></td><td width="50%"><a href="javascript:document.searchform.submit();" onmouseover="JavaScript:document.srchbtn.src='../templete/newsma/images/cari_pth.png';" onmouseout="JavaScript:document.srchbtn.src='../templete/newsma/images/cari.png';"><br /></a></td></tr> <tr><td colspan="2"><br /></td></tr> </tbody></table> </form> </div> <div class="mainmenuband" align="left"> <table width="590" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr valign="midle"><td align="center"> <table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" height="21"> <tbody><tr valign="top"><td onmouseover="JavaScript:showSubmenu(1);" onmouseout="JavaScript:showSubmenu(0);"> <span style="color: rgb(255, 255, 255);" class="tekslink" id="xmainmenu1" onmouseover="JavaScript:writeSubmenu(1);"></span><span style="color: rgb(255, 255, 255);" class="tekslink" id="xmainmenu2" onmouseover="JavaScript:writeSubmenu(2);"></span><span style="color: rgb(255, 255, 255);" class="tekslink" id="xmainmenu3" onmouseover="JavaScript:writeSubmenu(3);"></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);" class="tekslink" id="xmainmenu4" onmouseover="JavaScript:writeSubmenu(4);"></span><span style="color: rgb(255, 255, 255);" class="tekslink" id="xmainmenu5" onmouseover="JavaScript:writeSubmenu(5);"></span><span style="color: rgb(255, 255, 255);" class="tekslink" id="xmainmenu6" onmouseover="JavaScript:writeSubmenu(6);"></span><br /></td></tr> </tbody></table></td></tr> </tbody></table> </div> <table style="width: 610px; height: 24px;" align="center" border="0"><tbody><tr><td><br /></td></tr></tbody></table><h2>JENIS DAN PERSEBARAN FLORA DI INDONESIA DAN DUNIA<br /> </h2> <br /> <table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td width="47" valign="top"><img src="http://www.e-dukasi.net/mol/datafitur/modul_online/MO_139/images/simbol_panah.gif" width="43" height="34" /></td> <td class="normal" valign="top"><p class="normal">Setelah mempelajari kegiatan 2 ini, Anda diharapkan dapat:<br /> 1. menyebutkan pembagian jenis flora berdasarkan geologis, iklim, dan ketinggian tempat; dan<br /> 2. menjelaskan pembagian jenis flora di dunia.</p> </td> </tr> <tr> <td colspan="2" class="normal" valign="top"> <br /><p class="normal">Indonesia, negara kita yang tercinta ini, terkenal di dunia dengan keanekaragaman floranya. Umumnya flora di Indonesia memiliki ciri-ciri: selalu hijau sepanjang tahun, hanya sebagian kecil yang memperlihatkan adanya musim gugur, jumlah spesiesnya banyak dan banyak tumbuhan endemik. Persebaran flora sangat erat kaitannya dengan faktor geologi, iklim dan ketinggian tempat. Tentunya Anda ingin mengetahui kaitan persebaran flora dengan ke 3 faktor tadi, bukan? Pelajarilah uraian berikut ini dengan baik! </p> <p class="normal"> </p> </td> </tr> <tr> <td width="47" valign="top"><img src="http://www.e-dukasi.net/mol/datafitur/modul_online/MO_139/images/simbol_buku.gif" width="43" height="34" /></td> <td class="normal"><div align="justify"><strong>Pembagian Jenis Flora berdasarkan Geologi, Iklim dan Ketinggian Tempat</strong></div></td> </tr> </tbody></table> <p class="normal">Jenis dan persebaran flora di Indonesia didasarkan atas beberapa faktor yaitu faktor geologi dan faktor iklim serta ketinggian tempat pada muka bumi. </p> <p class="normal"><strong><br /> Jenis Flora berdasarkan Faktor Geologi</strong><br /> Seperti yang telah dijelaskan di atas, secara geologis, pulau-pulau di Indonesia Barat pernah menyatu dengan benua Asia sedangkan pulau-pulau di Indonesia Timur pernah menyatu dengan benua Australia. Oleh karena itu tumbuhan di benua Asia mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan tumbuhan di Indonesia Barat demikian pula ciri-ciri tumbuhan di Indonesia Timur mirip dengan tumbuhan di benua Australia. Berdasarkan hal tersebut, flora di Indonesia dibedakan dalam tiga wilayah, yaitu flora di dataran Sunda, di dataran Sahul dan di daerah Peralihan.</p> <table class="normal" width="100%" border=" 0" cellpadding=" "><tbody><tr valign="top"> <td width="20"><strong>a.</strong></td> <td><p class="normal"><strong>Flora di Dataran Sunda</strong><br /> Sebelumnya saya ingin bertanya manakah yang termasuk dataran Sunda ? Anda bisa melihat pada gambar 1.1 pada Kegiatan Belajar 1. Flora di dataran Sunda disebut juga flora Asiatis karena ciri-cirinya mirip dengan ciri-ciri tumbuhan Asia. Ingat sejarahnya bukan? Contoh-contohnya yaitu: tumbuhan jenis meranti-merantian, berbagai jenis rotan dan berbagai jenis nangka. Hutan Hujan Tropis terdapat di bagian Tengah dan Barat pulau Sumatera dan sebagian besar wilayah Kalimantan. Bagaimana dengan Pulau Jawa? Apakah memiliki Hutan Hujan Tropis? </p> <p class="normal"> Di dataran Sunda banyak dijumpai tumbuhan endemik. Di Kalimantan 59 jenis dan di Jawa 10 jenis. Apakah tumbuhan endemik itu? <em>Tumbuhan endemik adalah tumbuhan yang hanya terdapat pada tempat tertentu dengan batas wilayah yang relatif sempit dan tidak terdapat di wilayah lain. </em>Misalnya bunga Rafflesia Arnoldii hanya terdapat di perbatasan Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan. Anggrek Tien Soeharto yang hanya tumbuh di Tapanuli Utara,Sumatera Utara. Bagaimana di daerah Anda, apakah ada tumbuhan endemik? </p> <div align="center"><br /> </div> <table width="100%" border=" 0" cellpadding=" "> <tbody><tr> <td width="52%"><div align="center"><img src="http://www.e-dukasi.net/mol/datafitur/modul_online/MO_139/images/geo110_06.gif" width="288" height="258" /><br /> <span style="font-size:-1;"><em><strong>Gambar 2.1.</strong> Bunga terbesar di dunia,Rafflesia Arnoldi<br /> atau nama lokalnya Cendawan Harimau.<br /> Bandingkan besar bunga dengan orang duduk. </em></span></div></td> <td width="48%"><div align="center"><img src="http://www.e-dukasi.net/mol/datafitur/modul_online/MO_139/images/geo110_07.gif" width="162" height="211" /><br /> <em><span style="font-size:-1;"><strong>Gambar 2.2. </strong>Bunga Bangkai dapat<br /> mencapai 210 cm, terdapat di<br /> Sumatera Selatan.</span></em> </div></td> </tr> </tbody></table> <p class="normal"><br /> </p></td> </tr> <tr valign="top"> <td><strong>b.</strong></td> <td><div align="justify"> <p class="normal"><strong>Flora di daerah Dataran Sahul</strong><br /> Flora di dataran Sahul disebut juga <strong>flora Australis</strong> karena jenis floranya mirip dengan flora di benua Australia.. Meliputi pulau apa saja dataran Sahul? Ya, Irian Jaya serta pulau-pulau kecil disekitarnya. Dataran Sahul memiliki corak hutan Hujan Tropik tipe Australia Utara, yang ciri-cirinya sangat lebat dan selalu hijau sepanjang tahun. Di dalamnya tumbuh beribu-ribu jenis tumbuh-tumbuhan dari yang besar dan tingginya bisa mencapai lebih dari 50 m, berdaun lebat sehingga matahari sukar menembus ke permukaan tanah dan tumbuhan kecil yang hidupnya merambat. Berbagai jenis kayu berharga tumbuh dengan baik, seperti kayu besi, cemara, eben hitam, kenari hitam, dan kayu merbau. Di daerah pantai banyak kita jumpai hutan mangrove dan pandan, sedangkan di daerah rawa terdapat sagu untuk bahan makanan. Di daerah pegunungan terdapat tumbuhan Rhododendron yang merupakan tumbuhan endemik daerah ini. </p> <table width="100%" border=" 0" cellpadding=" "> <tbody><tr> <td width="52%" height="309"> <div align="center"><img src="http://www.e-dukasi.net/mol/datafitur/modul_online/MO_139/images/geo110_08.gif" width="255" height="191" /><br /> <span style="font-size:-1;"><em><strong>Gambar 2.3. </strong>Hutan Mangrove atau Bakau.</em></span></div></td> <td width="48%"><div align="center"><img src="http://www.e-dukasi.net/mol/datafitur/modul_online/MO_139/images/geo110_09.gif" width="137" height="196" /><br /> <span style="font-size:-1;"><em><strong>Gambar 2.4. </strong>Pohon Meranti<br /> (Shorea spp.)</em></span></div></td> </tr> </tbody></table> </div></td> </tr> <tr valign="top"> <td><strong>c.</strong></td> <td><p class="normal"><strong>Flora Daerah Peralihan</strong><br /> Sebelumnya coba sebutkan, pulau apa saja yang masuk daerah peralihan? Ya, pulau Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Mengapa disebut daerah peralihan? Mengenai flora di daerah peralihan, sebagai contoh yaitu flora di Sulawesi, yang mempunyai kemiripan dengan flora daerah kering di Maluku, Nusa Tenggara, Jawa, dan Filipina. Di kawasan pegunungannya terdapat jenis tumbuhan yang mirip dengan tumbuhan di Kalimantan. Sedangkan di kawasan pantai dan dataran rendahnya mirip dengan tumbuhan di Irian Jaya. Corak vegetasi yang terdapat di daerah Peralihan meliputi: </p> <p class="normal"> Vegetasi Sabana Tropik di Kepulauan Nusa Tenggara, Hutan pegunungan di Sulawesi dan Hutan Campuran di Maluku. </p></td></tr></tbody></table>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-47999382312139871702010-02-26T10:47:00.000-08:002010-02-26T10:48:24.239-08:00BUNGA RAFFLESIA<span style="font-size:85%;"> <div style="text-align: left;"> <h1 class="style17" align="center">BUNGA RAFFLESIA</h1> <p class="style17" align="justify">Bunga Rafflesia juga dikenal sebagai bunga bangkai karena baunya yang tidak sedap. Bunga Rafflesia Arnoldy yang juga disebut sebagai “Puspa Langka” merupakan bunga raksasa yang pertama kali ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles saat dia sedang bertugas di Bengkulu. Sir Thomas menemukan bunga tersebut bersama salah seorang ahli botani yang bernama Dr.Josep Arnold Browen di Lubuk Kabupaten Bengkulu Selatan pada tahun 1818. Pada tahun 1920 kedua tokoh Inggris ini mengukuhkan Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia sekaligus menamakan bunga langka itu sebagai Rafflesia Arnoldi. Bunga ini disebut puspa langka karena di tempat lain jarang ditemukan bunga semacam ini. Di dunia ada sekitar 17 jenis bunga tersebut, tetapi 12 jenis di antaranya tumbuh pada kawasan hutan tropis termasuk Indonesia (Bengkulu). </p> <p class="style17" align="justify">Jenis-jenis bunga Rafflesia, yaitu: </p> <ol><li>apa saja ya??? (yang tau, beritau donk :))</li></ol> <p align="justify"><span class="style17">Bunga Padma (camera trap) </span><span class="style17">adalah kerabat bunga padma (Rafflesia Arnoldi R. Brown) yang merupakan flora maskot Indonesia dan bunga terbesar di dunia. </span><span class="style17">Diameter bunga ini bisa mencapai 100 cm sehingga bunga ini merupakan bunga terbesar dan sangat terkenal di dunia. Masa kuncupnya berkisar antara 6 – 8 bulan sedangkan masa mekarnya 15 hari. Bunga ini tumbuh tersebar di seluruh Bengkulu di lereng Bukit Barisan. </span><span class="style17">Bunga yang diternukan di lereng Gunung Sorik Merapi seperti pada gambar ini diduga merupakan jenis baru yang belum pernah dideskripsikan. Bunga padma sangat unik karena dia tidak memiliki akar, batang maupun daun. Bunga padma tumbuh sebagai parasit di jenis liana tertentu (biasanya di Tetrastigma sp.) dan merupakan jenis flora yang secara global terancam punah. Hingga kini, bunga ini masih diteliti oleh para ahli tanaman di Herbarium Bogoriense, Bogor, Jawa Barat. </span><span class="style17">Untuk menjaga kebesaran nama bunga Raffelsia itu perlu diadakan promosi secara rutin terhadap dunia internasional, disamping dilakukan pengamanan ekstra ketat terhadap lokasi habitat bunga langka tersebut. </span></p> <p align="justify"><span class="style17"></span> </p> <p align="center"><span class="style20"><b>PENEMUAN BUNGA BANGKAI</b></span></p> <p align="justify"><span class="style20"><b>DI RIAU:</b> </span></p> <p align="justify"><span class="style17">Tanpa disangka, serumpun Bunga Bangkai (Amorphophallus titanium) tumbuh segar di areal HTI (Hutan Tanaman Industri) PT. Riau Andalan Pulp And Paper (Riaupulp) Estate Logas. Kejadian langka di areal kerja penanaman ini awalnya ditemukan oleh karyawan Riaupulp di Estate Logas, Kec. Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi, bernama Maskot Silaban bersama empat temannya, Senin (2/6). Hal tersebut dinyatakan Manager Riaupulp Estate Logas, Tendi didampingi Forest Protection Riaupulp Estate Logas, P Turnip, Rabu (11/6) sepekan setelah ditemukannnya tumbuhan langka tersebut. Menurut Tendi, saat itu stafnya akan membuat patok untuk tanda bagi pembuatan infield drain, dan seketika melihat ada tanaman aneh yang tumbuh di lokasi kerja mereka. “Saat itu mereka langsung membuat patok merah di sekeliling tanaman agar tidak ada yang mengganggu. Kemudian mereka melaporkan temuan tersebut kepada atasannya untuk kemudian Tim Manajemen Riaupulp Estate Logas mengambil dokumentasinya,” kata Tendi. Ditambahkan Tendi, bunga langka ini tumbuh di Compartement G.013 Estate Logas, Desa Pulau Padang Kec.Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi dan merupakan tanaman dari suku talas-talasan (Araceae family) atau yang lazim juga disebut Batang Krebuit. Dalam pada itu, Direktur Utama Riaupulp Rudi Fajar menegaskan bahwa temuan tersebut sangat penting dan berguna. Pihaknya melalui Environmental Departement di Estate Logas akan terus menjaga dan mengamati pertumbuhan Bunga Bangkai tersebut, yang saat ini usianya sudah memasuki pekan kedua. “Sesuai arah dan kebijakan lingkungan di Riaupulp, kami punya komitment kuat untuk senantiasa menjaga dan memelihara lingkungan bagi berkembangnya flora dan fauna sebagai bagian dari kebijakan operasional perusahaan,” tegas Rudi. </span></p> <p align="justify"><span class="style17"></span> </p> <p align="justify"><span class="style20"><b>DI BOGOR:</b></span></p> <p align="justify"><span class="style17">Bunga bangkai dengan nama Ilmiah (Amorphophallus Titanium Becc) muncul kembali di Kebun Raya Bogor (KRB). Kemunculan kembali bunga bangkai di KRB merupakan penantian yang panjang, sehingga diharapkan tidak lama lagi akan bisa disaksikan bunga itu akan mekar dengan aroma khasnya. Munculnya kembali bunga bangkai di KRB merupakan yang ke lima kalinya setelah yang terakhir muncul pada Agustus 2001 lalu.“Biasanya bunga raksasa jenis Titan Arum ini akan mekar antara dua sampai tiga tahun sekali,” jelas Kepala Bagian Humas KRB Ondidi Susanto di temui di kantornya. The Titan Arum (bunga bangkai) jenis ini merupakan tanaman asli dari daerah Sumatera yang tergolong pada jenis tanaman umbi-ubian. Bunga jenis ini tergolong pada jenis tanaman yang sangat langka di dunia. Apalagi Titan Arum ini juga memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan bunga lainnya. “Bunga ini memiliki umbi dengan berat lebih dari 200 Kg, dengan tinggi bunga mencapai 3,5 meter dan memiliki diameter (kelopak) bunga 2 meteran. Maka tidak heran jika bunga ini disebut-sebut sebagai bunga raksasa dan terbesar di dunia,” terangnya. The Titan Arum meski memiliki ciri khas dengan aroma bau busuknya yang sangat menyengat, namun kehadiran bunga ini telah terbukti dapat mengharumkan nama Indonesia ke manca negara. Amorphophallus Titanum Becc merupakan koleksi langka KRB yang berasal dari Muara Imat, Jambi. Selama dikembangkan di KRB pada tahun 1915, bunga yang hanya terdapat di Pulau Sumatera ini sudah tiga kali mekar, yaitu pada 5 Februari 1994 dengan tinggi 160 cm dan lebar 105 cm, kemudian 12 Juni 1997 dengan tinggi 252 cm dan lebar 152 cm, dan 1 Agustus 2001 dengan tinggi 290 cm. Bunga ini pertama kali ditemukan oleh Dr Odordo Becacari, seorang ahli botani berkebangsaan Italia, di kawasan Air mancur, Lembah Anai, Sumatra Barat pada 1878. Ada sekitar 170 jenis bunga Bangkai yang terdapat di dunia, namun jenis bunga bangkai (Amorphophallus Titanum) dan (Amorphophallus Gigas) hanya terdapat di Indonesia, tepatnya di daerah Sumatera. Keistimewaan dari bunga raksasa ini, biasanya memiliki bentuk dan warna yang sangat indah jika sudah mekar. “Kelopak bunga (seludangnya) akan berwarna merah maroon menawan. Sementara warna bonggol bunga (phallus) berwarna kuning keemasan. Terpadu sunguh cantik dan sangat eksotik,” ujar Staf peneliti dari LIPI ini. Dijelaskan, bunga tersebut mulai sejak hari Rabu,(28/06) dan saat ini tingginya telah mencapai 170 cm. Dia mempredisikan, bunga bangkai ini akan mekar dengan sempurna satu pekan mendatang. Bunga langka itu kalau mekar begitu indah. Namun, seperti namanya bunga bangkai, bau seperti tikus busuk menebar di sekelilingnya. Bahkan, dari radius 100 meter aroma tak sedap tersebut sudah mulai tercium. Kemunculan kembali bunga bangkai di KRB diharapkan akan mendatangkan keuntungan lebih bagi pihak Kebun Raya Bogor. “Kami berharap ini akan menjadi berkah bagi KRB menyusul terjadinya angin rebut yang telah memporak-oiarndakan KRB awal Juni lalu. “Kita tahu, pada awal Juni lalu KRB telah dibuat porak poranda akibat diterjang angin putting beliung sehingga sejumlah pohon koleksi KRB banyak yang tumbang. Bahkan dampak dari kejadian tersebut KRB terpaksa ditutup sementara untuk beberapa pekan, “ katanya. </span></p></div></span>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-34897423427711583232010-02-26T10:46:00.000-08:002010-02-26T10:47:54.331-08:00Perbedaan Rafflesia Arnoldii dan Bunga Bangkai<h2 class="posttitle">Perbedaan Rafflesia Arnoldii dan Bunga Bangkai</h2><p><strong>Rafflesia arnoldii dan Bunga Bangkai </strong>(<em>Amorphpophallus titanium</em>) merupakan dua jenis tanaman yang berbeda. Meski oleh masyarakat terkadang kedua jenis tanaman ini dianggap sama bahkan saling tertukar. Saya sendiri sempat mendengar seorang guru Sekolah Dasar yang mengatakan di depan murid-muridnya bahwa bunga Bangkai adalah Rafflesia.</p> <p>Memang Rafflesia dan Bunga Bangkai (Suweg Raksasa) sama-sama memiliki <a tip="rekor alam indonesia" href="http://alamendah.wordpress.com/2009/07/02/rekor-alam-indonesia/">ukuran besar (raksasa)</a> dan mengeluarkan bau yang busuk. Namun antara Raflesia dan Bungan Bangkai (<em>Amorphpophallus titanium</em>) memiliki perbedaan pada klasifikasi biologi, bentuk, warna, cara hidupnya, dan siklus hidupnya.</p> <p><strong><span id="more-526"></span>RAFFLESIA</strong></p> <p><img class="alignright size-medium wp-image-529" title="rafflesia arnoldii" src="http://alamendah.files.wordpress.com/2009/08/rafflesia-arnoldii.jpg?w=243&h=180" alt="rafflesia arnoldii" width="243" height="180" /></p> <p>Rafflesia adalah genus tumbuhan bunga parasit. Ia ditemukan di hutan hujan Indonesia oleh seorang pemandu dari Indonesia yang bekerja untuk Dr. Joseph Arnold tahun 1818, dan dinamai berdasarkan nama Thomas Stamford Raffles, pemimpin ekspedisi itu. Ia terdiri atas kira-kira 27 spesies (termasuk empat yang belum sepenuhnya diketahui cirinya seperti yang dikenali oleh Meijer 1997), semua spesiesnya ditemukan di Asia Tenggara, di semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Filipina. Tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun ataupun akar yang sesungguhnya.</p> <p>Rafflesia merupakan endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus <em>Tetrastigma </em>(famili <em>Vitaceae</em>), menyebarkan haustoriumnya yang mirip akar di dalam jaringan tumbuhan merambat itu. Satu-satunya bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima. Pada beberapa spesies, seperti <em>Rafflesia arnoldii</em>, diameter bunganya mungkin lebih dari 100 cm, dan beratnya hingga 10 kg. Bahkan spesies terkecil, Rafflesia manillana, bunganya berdiameter 20 cm. Rafflesia yang banyak dikenal masyarakat adalah jenis r<em>afflesia arnoldii</em>. Jenis ini hanya tumbuh di hutan sumatera bagian selatan, terutama Bengkulu.</p> <p>Ciri utama yang membedakan rafflesia dengan bunga bangkai secara awam adalah bentuknya yang melebar (bukan tinggi) dan berwarna merah. Ketika mekar, bunga ini bisa mencapai diameter sekitar 1 meter dan tinggi 50 cm. Bunga rafflesia tidak memiliki akar, tangkai, maupun daun. Bunganya memiliki 5 mahkota. Di dasar bunga yang berbentuk gentong terdapat benang sari atau putik, tergantung jenis kelamin bunga. keberadaan putik dan benang sari yang tidak dalam satu rumah membuat presentase pembuahan yang dibantu oleh serangga lalat sangat kecil, karena belum tentu dua bunga berbeda kelamin tumbuh dalam waktu bersamaan di tempat yang berdekatan. Masa pertumbuhan bunga ini memakan waktu sampai 9 bulan, tetapi masa mekarnya hanya 5-7 hari. Setelah itu rafflesia akan layu dan mati.</p> <p>Sampai saat ini Rafflesia tidak pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup.</p> <p>Sedikit informasi, selama 200-an tahun tumbuh-tumbuhan dari genus <em>Rafflesiaceae </em>sulit diklasifikasikan karena karakteristik tubuh yang tidak umum. Berdasarkan penelitian DNA oleh para ahli botani di Universitas Harvard baru-baru ini, rafflesia dimasukkan ke dalam family <em>Euphorbiaceae</em>, satu keluarga dengan pohon karet dan singkong. Tapi hal ini masih belum terpublikasi dengan baik.</p> <p>Beberapa jenis Rafflesia (di Indonesia); <em>Rafflesia arnoldii</em> (endemik di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), <em>R. borneensis</em> (Kalimantan), <em>R. cilliata</em> (Kalimantan Timur), <em>R. horsfilldii</em> (Jawa), <em>R.patma</em> (Nusa Kambangan dan Pangandaran), <em>R. rochussenii</em> (Jawa Barat), dan <em>R. contleyi</em> (Sumatra bagian timur).</p> <p><strong>Klasifikasi ilmiah: </strong>Kerajaan: <em>Plantae</em>; Divisi: <em>Magnoliophyta</em>; Kelas: <em>Magnoliopsida</em>; Ordo: <em>Malpighiales</em>; Famili: <em>Rafflesiaceae</em>; Genus: <em>Rafflesia</em>;</p> <p><strong>BUNGA BANGKAI </strong></p> <p>Selain rafflesia, bunga raksasa lain yang dikenal masyarakat adalah bunga bangkai/suweg raksasa Titan Arum (<em>Amorphpophallus titanium</em>). Jenis ini hanya endemik tumbuh di kawasan hutan di Sumatera.</p> <p><a tip="" href="http://alamendah.files.wordpress.com/2009/08/bungabangkai.jpg"><img class="alignright size-medium wp-image-530" title="Bunga-bangkai" src="http://alamendah.files.wordpress.com/2009/08/bungabangkai.jpg?w=176&h=270" alt="Bunga-bangkai" width="176" height="270" /></a>Berbeda dengan rafflesia, bunga bangkai titan arum ini berwarna krem pada bagian luar dan pada bagian yang menjulang. Sedangkan mahkotanya berwarna merah ke-ungu-an. Sekilas bentuknya saat mekar terlihat seperti bunga terompet. Bila rafflesia hanya melebar, bunga bangkai tumbuh menjulang tinggi. Ketinggian bunga bangkai jenis <em>amorphophallus titanium</em> ini bisa mencapai sekitar 4 m dengan diameter sekitar 1,5 m.</p> <p>Bunga bangkai ini termasuk tumbuhan dari suku talas-talasan (<em>araceae</em>). Merupakan tumbuhan dengan bunga majemuk terbesar di dunia. Berbeda dengan rafflesia yang tidak dapat tumbuh di daerah lain, bunga bangkai dapat di budi daya. bila rafflesia parasit pada tumbuhan rambat, bunga bangkai tumbuh di atas umbi sendiri.</p> <p>Bunga ini mengalami 2 fase dalam hidupnya yang muncul secara bergantian dan terus menerus, yaitu fase vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif, di atas umbi akan muncul batang tunggal dan daun yang sekilas mirip dengan pohon pepaya. Tinggi pohonnya bisa mencapai 6 m. Setelah beberapa tahun, organ generatifnya akan layu kecuali umbinya. Apabila lingkungan mendukung, dan umbinya memenuhi syarat pohon ini akan digantikan dengan tumbuhnya bunga bangkai. Tumbuhnya bunga majemuk yang menggantikan pohon yang layu merupakan fase generatif tanaman ini.</p> <p>Bunga baru bisa tumbuh bila umbinya memiliki berat minimal 4 kg. Bila cadangan makanan dalam umbi kurang atau belum mencapai berat 4 kg, maka pohon yang layu akan di gantikan oleh pohon baru.</p> <p>Selain itu, bunga bangkai merupakan tumbuhan berumah satu dan protogini, dimana bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri. Bau busuk yang dikeluarkan oleh bunga ini, seperti pada rafflesia, berfungsi untuk menarik kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Setelah masa mekarnya (sekitar 7 hari) lewat, bunga bangkai akan layu. Dan akan kembali melewati siklusnya, kembali ke fase vegetatif, dimana akan tumbuh pohon baru di atas umbi bekas bunga bangkai.</p> <p>Apabila selama masa mekarnya terjadi pembuahan, maka akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan biji pada bagian bekas pangkal bunga. Biji-biji ini bisa ditanam menjadi pohon pada fase vegetatif. Biji-biji inilah yang sekarang dibudidayakan.</p> <p><strong>Klasifikasi ilmiah:</strong> Kerajaan: <em>Plantae</em>; Divisi: <em>Magnoliophyta</em>; Kelas: <em>Liliopsida</em>; Ordo: <em>Alismatales</em>; Famili: <em>Araceae</em>; Genus: <em>Amorphophallus</em>; Spesies: <em>A. titanum</em>;<br />Nama binomial: <em>Amorphophallus titanum</em> (Becc.) Becc. ex Arcang</p> <p><strong>Baca juga:</strong></p> <ul><li><a tip="Hutan Bakau Di Pati" href="http://alamendah.wordpress.com/2009/06/05/hutan-bakau-di-pati/" target="_blank">Hutan Bakau Di Pati</a></li><li><a tip="Kebun Raya Di Indonesia" href="http://alamendah.wordpress.com/2009/08/23/kebun-raya-di-indonesia/" target="_blank">Kebun Raya Di Indonesia</a></li><li><a tip="Rekor Alam Indonesia" href="http://alamendah.wordpress.com/2009/07/02/rekor-alam-indonesia/" target="_blank">Rekor Alam Indonesia</a></li><li><a tip="Edelweis Bunga Abadi" href="http://alamendah.wordpress.com/2009/07/09/edelweis-bunga-abadi/" target="_blank">Edelweis Bunga Abadi</a></li><li><a tip="Berkenalan Dengan Terumbu Karang Indonesia" href="http://alamendah.wordpress.com/2009/07/21/berkenalan-dengan-terumbu-karang-indonesia/" target="_blank">Berkenalan Dengan Terumbu Karang Indonesia</a></li><li><a tip="Satwa Indonesia yang Dilindungi" href="http://alamendah.wordpress.com/2009/07/25/satwa-indonesia-yang-dilindungi/" target="_blank">Satwa Indonesia yang Dilindungi</a></li><li><a tip="Kanguru Indonesia Di Papua" href="http://alamendah.wordpress.com/2009/08/03/kanguru-indonesia-di-papua/" target="_blank">Kanguru Indonesia Di Papua</a></li><li><a tip="Harimau Sumatera Semakin Langka" href="http://alamendah.wordpress.com/2009/08/19/harimau-sumatera-semakin-langka/" target="_blank">Harimau Sumatera Semakin Langka</a></li></ul>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-71480794259105697052010-02-26T10:41:00.000-08:002010-02-26T10:46:23.462-08:00<center><h3>IDENTITAS FLORA DAN FAUNA<br />SUMATERA UTARA</h3></center><p> Adanya penetapan identitas flora dan fauna (puspa dan satwa) masing-masing daerah dimaksudkan sebagai upaya pengenalan suatu daerah dipandang dari keunikan suatu jenis tumbuhan dan satwa asli/khas yang terdapat di daerah sehingga menggambarkan ciri khas daerah.</p> <p>Dengan penetapan identitas (mascot) tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasa ikut memiliki dan menanamkan kebanggaan terhadap suatu jenis tumbuhan dan satwa, meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat berperan secara aktif dalam upaya melestarikan keberadaannya serta sebagai sarana peningkatan promosi kepariwisataan daera.</p> <p>Atas pertimbangan tersebut, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara melalui Surat Keputusan No. 522.5/1611/K/TAHUN 1991 tanggal 8 Juni 1991 telah menetapkan Identitas Flora dan Fauna Daerah Tingkat I Sumatera Utara, yakni :</p> <ol><li>BUNGA KENANGA <i>(Cananga odorata)</i> sebagai identitas flora</li><li>BEO NIAS <i>(Gracula religiosa robusta)</i> sebagai identitas fauna </li></ol> <p><b>BUNGA KENANGA</b> <i>(Cananga odorata)</i></p> <p>Bunga Kenanga <i>(Cananga odorata)</i> merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini satu suku dengan sirsak dan srikaya, suku Annonaceae. Ditinjau dari sosok tanamannya, Bunga Kenanga ini dibedakan atas 2 jenis, yaitu : jenis pohon dan jenis perdu. Akan tetapi, keduanya termasuk dalam spesies yang sama.</p> <p>Tanaman Kenanga yang berbentuk pohon tingginya bisa mencapai 20-30 meter. Sedangkan yang berbentuk perdu tingginya hanya mencapai 1-3 meter.</p> <p>Kenanga merupakan tanaman yang berpotensi cukup tinggi. Secara tradisional bunganya berfungsi sebagi bunga tabur dipemakaman, campuran bunga rampai atau sebagai hiasan sanggul wanita. Bunga Kenanga juga dapat mendatangkan devisa, dari bunganya yang wangi terkandung minyak atsiri. Selain itu bagian batangnya mempunyai nilai ekonomi pula, kayunya yang ukuran besar dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai perkakas rumah tangga, peti dan sebagainya.</p> <p><b>BEO NIAS</b> <i>(Gracula religiosa robusta)</i></p> <p>Salah satu jenis burung yang berasal dari Sumatera Utara dan banyak diminati oleh masyarakat adalah burung beo. Burung beo banyak dipelihara sebagai burung kesayangan karena kepandainnya bisa menirukan suara manusia. Diantara beberapa jenis beo yang ada, Beo Nias (Gracula religiosa robusta) termasuk yang paling populer dan banyak diminati penggemarnya.</p> <p>Beo Nias merupakan jenis beo yang endemik di Sumatera Utara. Burung beo ini habitatnya dijumpai di Kabupaten Nias. Untuk mencapai lokasi ini ditempuh dengan cara :</p> <ul><li>Mengendarai kendaraan pribadi atau kendaraan umum dari Medan sampai ke pelabuhan laut Sibolga waktu tempuh lebih kurang 8 jam. Dari pelabuhan ini dengan menggunakan kapal fery melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Gunung Sitoli 12 jam. </li><li>Menggunakan pesawat terbang melalui bandara Polonia Medan dengan waktu 1 jam. Hanya saja frekwensi penerbangan terbatas.</li></ul> <p>Karena kepandaiannya mengeluarkan bunyi serta meniru pembicaraan orang menyebabkan burung Beo Nias ini menjadi primadona . Namun banyak juga orang tertipu disebabkan tidak dapat membedakan antara jenis Beo Biasa dengan Beo Nias . Sepintas lalu antara keduanya hampir tidak ada perbedaan termasuk kemampuan berbicara meniru omongan orang. Tetapi kalau diamati lebih mendalam ternyata keduanya dapat dibedakan, yaitu pada ukuran badannya dimana Beo Nias lebih besar dari pada beo biasa serta sepasang gelambir cuping telinga berwarna kuning pada Beo Nias yang menyatu sedangkan beo biasa terpisah (tidak menyatu). </p> <p>Tidak dapat dipungkiri, bahwa potensi yang dimiliki Beo Nias ini menyebabkan menjadi sasaran perburuan para penggemar burung. Tindakan tersebut, termasuk memperdagangkannya jelas merupakan perbuatan yang salah, karena ini akan berdampak terhadap penurunan populainya di habitat asli. </p> <p>Untuk itulah, pada tahun 1970 Menteri Pertanian melalui Surat Keputusannya No. 421/Kpts/Um/8/1970 telah menetapkan Burung Beo Nias sebagai salah satu satwa yang dilindungi. Dengan demikian diharapkan adanya kesadaran seluruh lapisan masyarakat untuk tetap mempertahankan kelestariannya di alam bebas. Disamping perlu adanya upaya penangkapannya, untuk mempertahankan kelestariannya. </p> <p><b>FLORA LANGKA SUMATERA UTARA </b></p> <p>Propinsi Sumatera Utara memiliki berbagai jenis flora/fauna khas yang masih tersimpan dalam hutan, memerlukan kajian untuk diketahui secara luas. Dalam uraian berikut ini akan disajikan beberapa jenis flora langka dengan maksud agar lebih diketahui secara umum dan selanjutnya diharapkan timbul pemahaman dan tindakan guna pelestariannya. Jenis tersebut antara lain. Anggrek Tien Soeharto <i>(Cymbidium hatinahianum)</i>. Bunga bangkai <i>(Jamorphophallus titanum)</i> dan Daun Sang <i>(Johannesteijsmania altifrons)</i> sebagai berikut :</p> <p><b>ANGGREK TIEN SOEHARTO </b><i>(Cymbidium hartinahianum)</i></p> <p><img src="http://www.dephut.go.id/informasi/propinsi/SUMUT/I_Ang_Tien01a.jpg" vspace="1" width="192" align="LEFT" border="1" height="298" hspace="1" /></p> <ul><p>Sumatera Utara boleh berbangga karena memiliki salah satu jenis tumbuhan (jenis anggrek) yang endemik atau yang hanya tumbuh di Sumatera Utara. Kebanggaan ini bertambah lagi disebabkan pada anggrek tersebut ditabalkan nama ibu negara almarhumah Hj. Siti Hartinah Soeharto. Yaitu Anggrek Tien Soeharto atau sering juga disebut dengan Anggrek Hartinah <i>(Cymbidium hartinahianum)</i>.</p><p>Habitatnya ditemukan di Desa Baniara Tele Kecamatan Harian Kabupaten Tapanuli Utara (berbatasan dengan Kabupaten Dairi). Lokasi dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dari kota Medan melalui kota Sidikalang (ibukota Kabupaten Dairi) sejauh 400 km selama lebih kurang 5 jam perjalanan.</p></ul> <p>Gambar 1. Anggrek Tien Suharto)</p> <p>Mengingat habitatnya berupa semak-semak yang tidak terawat serta sebagian lagi lokasi perladangan penduduk dan ditambah lagi tidak adanya petunjuk khusus (seperti papan informasi) tentang keberadaan lokasi ini, maka bagi yang belum pernah akan mengalami kesulitan untuk menemukan.</p> <p>Oleh karena itu disarankan agar terlebih dahulu menghubungi kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam I Medan atau langsung pada Kantor Sub Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Dairi di Sidikalang yang akan membantu menunjukkan lokasinya.</p> <p><b>PENEMU</b></p> <p>Anggrek ini pertama kali ditemukan oleh Rusdi E Nasution, seorang peneliti dari Herbarium LBN/LIPI Bogor pada tahun 1976. Ketika itu anggrek ini tidak ditemukan dalam berbagai pusta maupun dalam koleksi. Kemudian oleh peneliti tersebut bersama peneliti lainnya J.B. Comber memberi nama ilmiah Cymbidium hartinahianum yang juga berarti anggrek Tien Soeharto pada hasil temuannya.</p> <p>Penabalan ini Ibu Negara pada jenis anggrek ini merupakan penghargaan atas jasa-jasanya dalam rangka pengembangan dunia peranggrekan di Indonesia.</p> <p><b>INDENTIFIKASI</b></p> <div align="right"><p><i>(Gambar 2. Anggrek Tien Suharto di alam tidak terawat)</i></p></div> <p><img src="http://www.dephut.go.id/informasi/propinsi/SUMUT/I_Ang_Tien02a.jpg" vspace="1" width="188" align="RIGHT" border="1" height="348" hspace="1" /></p> <p>Anggrek Tien Soeharto tumbuh baik ditempat terbuka diantara rerumputan serta tanaman lain seperti jenis paku-pakuan, kantong semar, dan lain-lain pada ketinggian 1.700 meter diatas permukaan laut.</p> <p>Anggrek ini merupakan anggrek tanah yang pertumbuhannya merumpun. Daunnya berbentuk pita berujung meruncing dengan panjang 50-60 cm. Bunganya berbentuk bintang bertekstur tebal. Daun kelopak dan daun mahkotanya hampir sama besar, permukaan atasnya berwarna kuning kehijauan dan permukaan bawahnya kecoklatan dengan warna kuning pada bagian tepinya.</p> <p><b>UPAYA KONSERVASI</b></p> <p>Habitat Anggrek Tien Soeharto di Baniara, Tele berada di luar kawasan hutan, tepatnya pada areal kebun penduduk, yang diperkirakan hanya tinggal lebih kurang 1.200 meter persegi. Sebagai lahan kosong, yang tidak dimanfaatkan, selalu terbuka peluang pemanfaatan lahan untuk berbagai kegiatan seperti misalnya pendirian bangunan/gedung dan perluasan kegiatan perladangan penduduk. Kalau sampai ini terjadi baik habitat maupun populasinya akan musnah. Oleh karena itu perlu langkah-langkah penyelamatan melalui penetapan habitat dimaksud sebagai kawasan konservasi disamping mengadakan budidaya di luar habitat aslinya (konservasi ex situ).</p> <p><b>BUNGA BANGKAI (Amorphophallus titanum)</b></p> <p>Bunga Bangkai <i>(Amorphophallus titanum)</i> ini tumbuh di Kawasan Taman Wisata/Cagar Alam Sibolangit. Bunga ini memberi pesona tersendiri karena dismping keindahan juga pertumbuhannya yang tinggi dan besar. Itulah sebabnya disebut juga dengan Suweg Raksasa. Bunga yang tumbuh 1995, tingginya mencapai 210 cm. Sedangka sebelumnya tahun 1989 tingginya mencapai 150 cm. Dan diprediksi akan tumbuh lagi pada tahun 2000 di Taman Wisata Sibolangit.</p> <p><b>PENEMU</b></p> <p>Bungan Bangkai (Amorphophallus titanum) pertama kali ditemukan di Sibolangit pada tahun 1920-an. Adapun penemu pertama jenis bunga ini adalah Odoardo Beccari seorang pakar botani berkebangsaan Italia. Ketika itu, tahun 1878, dalam perjalanannya di Kepahiang – Rejang Lebong (Bengkulu) ia menemukan tumbuhan bunga bangkai. Kemudian oleh rekannya Prof. Giovanni Arcaneli dari Turki, diberi nama ilmiah Amorphophallus titanum terhadap hasil temuan Beccari tersebut. Sejak itu dunia botani mengenal bunga bangkai dengan nama Amorpophallus titanum Beccari.</p> <p>Bau bunga menimbulkan kesan tidak enak, seolah-olah bau bangkai yang busuk seperti bangkai tikus, dan dari bau inilah maka namanya disebut bunga (kembang) bangkai.</p> <p><b>IDENTIFIKASI</b></p> <p>Bunga ini muncul dari dalam tanah berasal dari umbi tumbuhan yang telah hilang pada akhir masa pertumbuhannya. Dalam masa perkembangan, bunga atau kembang sangat tergantung pada umbi yang ada di dalam tanah.</p> <p><img src="http://www.dephut.go.id/informasi/propinsi/SUMUT/I_Bangkai01a.jpg" vspace="1" width="150" align="LEFT" border="1" height="268" hspace="1" /></p> <ul><p>Bunga ini terdiri dari : tangkai bunga, kelopak atau selundang dan bongkol berbentuk tugu ditengah-tengah kelopak bunga.</p><p>Perkembangan bunga yang dimulai sejak berbentuk kuncup hingga menjadi kayu diperkirakan kurang lebih 2 bulan. Bahkan bunga bangkai yang tumbuh di Taman Wisata Sibolangit pada tahun 1995 masa siklus dari mulai kuncup hingga mekar jauh leih cepat sekitar 22 hari dan waktu tercepat pada saat kelopak bunga layu hanya sekitar 24 jam.</p><p>Bunga bangkai (cadaver scent), terutama di malam hari, yang terkadang aromanya dapat tercium sejauh 25 meter dari tempat tumbuhnya, menarik dan merangsang lalat serta serangga lainnya untuk melakukan penyerbukan.</p><p><br /></p></ul> <i>(Gambar 1. Bunga bangkai dapat mencapai 210 cm)</i> <p>Banyak orang mengidentikannya dengan bunga bangkai yang satu lagi yaitu Rafflesia arnoldi bunga terbesar di dunia (padma raksasa). Pada hal keduanya memiliki perbedaan yang sangat prinsipil. Persamaan yang paling menonjol diantara kedua kembang ini terletak pada bau atau aroma yang disebarkan. Sedangkan perbedaannya meliputi :</p> <ul><li>Dalam hal bentuk, dimana Rafflesia arnoldi berbentuk bundar melebar sedangkan Arorphophallus titanum berbentuk kerucut seperti agung yang masih berbalut; </li><li>Bianga Arorphophallus titanum adalah umbi yang tertanam di dalam tanah. Sedangkan Rafflesia arnoldi merupakan parasit yang tumbuh pada akar-akar liana dan yang menyebarkannya terutama adalah babi hutan yang tidak sengaja melukai akar liana dengan injakan. Pada injakan bekas kuku babi hutan itulah spora rafflesia tersimpan dan menemukan tempat yang cocok untuk tumbuh.</li></ul> <p><b>DAUN SANG </b><i>(Johannestijsmania altifrons)</i></p> <p>Tumbuhan ini hanya dijumpai di daerah Besitang tepatnya di kawasan 242 Aras Napal, dan beberapa daerah disekitar kawasan tersebut. Persebaran tidak luas dan bersifat endemik tidak ditemukan ditempat lain..</p> <p>Besitang dapat dicapai dari Medan 2 jam kearah perbatasan Sumatera Utara dan Aceh, selanjutnya ke lokasi di[erlukan waktu 2 jam menuju aras Napal (daerah sekundur), melewati kebun sawit, jalan sangat jelek, bahkan pada musin penghujan sulit dilalui.</p> <p><b>PENEMU</b></p> <p>Daun Sang Pertama kali ditemukan oleh Propesor Teijsman seorang ahli botani dari Belada. Menurut IUCN jenis tumbuhan ini telah masuk dalam Red Data Book sebagai jenis yang terancam punah.</p> <p><b>IDENTIFIKASI</b></p> <p><img src="http://www.dephut.go.id/informasi/propinsi/SUMUT/I_DaunSang01a.jpg" vspace="1" width="142" align="LEFT" border="1" height="218" hspace="1" /></p> <ul><p>Daun Sang adalah termasuk keluarga Palmae, yang memiliki daun tunggal ukuran besar mencapai 3 meter panjang dan lebar 1 meter. Karena ukuran dan daunnya yang kuat, masyarakat setempat dahulu memanfaatkan untuk atap rumah.</p><p>Jenis ini termasuk tumbuhan yang tidak tahan kena sinar matahari langsung (jenis toleran), lebih sering hidup dibawah naungan pepohonan. Hidup berkelompok membentuk rumpun namun penyebarannya sangat terbatas.</p><p><i>(Gambar 1. Daun Sang)</i></p></ul> <p>Perkembangan jenis ini lebih banyak berasal dari dari anakan dari pada bijinya yang tertutup oleh kulit tebal yang berbentuk bulat dan bergigi.</p> <p><br /><b>UPAYA KONSERVASI</b></p> <p>Perubahan habitat berupa penebangan hutan dikonversi menjadi kebun sawit atau perkebunanan, telah menyebabkan tumbuhan ini berkurang populasinya. Dengan adanya pembukaan tajuk, menyebabkan sinar matahari langsung menerpa Daun Sang lama kelamaan mengering dan mati. Dengan mengupayakan pencegahan pembukaan hutan bearti mencegah punahnya jenis ini.</p>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-37362281343776556062010-02-26T10:28:00.000-08:002010-02-26T10:33:35.308-08:00RAFFLESIA BUNGA LANGKA KEBANGGAAN BANGSA<h2><a href="http://budidaryono.blog.ugm.ac.id/2009/10/08/rafflesia-bunga-langka-kebanggaan-bangsa/" rel="bookmark" title="Permanent Link: RAFFLESIA BUNGA LANGKA KEBANGGAAN BANGSA"> RAFFLESIA BUNGA LANGKA KEBANGGAAN BANGSA </a></h2> <p class="postmetadata"><span class="timr"> October 8th, 2009 </span> <span class="user">by budidaryono</span> </p> <br /> <p>Bangsa kita patut bersyukur atas limpahan kekayaan sumber daya alam hayati yang telah dikaruniakan Tuhan , sehingga Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia (Mega Biodiversity) setelah Brazil dan Colombia. <span id="more-25"></span>Tercatat tidak kurang dari 40.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis hewan, 5.000 jenis jamur dan 1.500 jenis monera hidup di Indonesia. Rifai (1988) menyebutkan bahwa dari jumlah tersebut 6.000 jenis tumbuhan, 1.000 jenis hewan, 100 jenis jamur dan monera telah diketahui potensi serta manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.</p> <p>Salah satu jenis keanekaragaman hayati flora yang perlu kita cermati sekarang ini adalah bunga <strong>Rafflesia</strong>. Berkat keindahannya, bunga ini menjadi terkenal dan mempunyai daya tarik tersendiri terutama bagi para pecinta dan pemerhati bunga, sedangkan keunikan dan kelangkaannya telah menarik perhatian serius para peneliti, pecinta dan pemerhati lingkungan dalam usaha mencari metoda yang efektip untuk melestariankan bunga tersebut.</p> <p>Dua ratus tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1797 seorang ahli botani Prancis bernama <strong>Deschamps</strong> telah melakukan eksplorasi di pulau Jawa. Dalam eksplorasi tersebut Deschamps berhasil menemukan sejenis bunga berukuran besar yang kita kenal sekarang sebagai bunga Rafflesia. Selain membuat lukisan Rafflesia, Deschamps juga berhasil mengoleksi sejumlah tumbuhan yang dia temukan selama eksplorasinya di pulau Jawa.</p> <p>Sebagian besar dari kita mungkin banyak yang mengira bahwa penemu pertama bunga Rafflesia adalah <strong>Sir Stamford Raffles</strong> (Gubernur Jenderal Inggris di Indonesia). Perlu kita ketahui bahwa pada tahun 1818 (21 tahun setelah Deschamps menemukan bunga Rafflesia) Raffles beserta dokter pribadinya <strong>Joseph Arnold</strong> menemukan sejenis bunga yang kita kenal sekarang sebagai <strong><em>Rafflesia arnoldi</em></strong> di Pulau Lebar di sekitar sungai Manna, Bengkulu. Dengan demikian Raffles bukanlah penemu pertama bunga Rafflesia, tetapi namanya diabadikan pada nama <strong>Genus</strong> dan <strong>Familia</strong> bunga tersebut sebagai penghargaan atas pengabdian, perhatian dan kecintaanya terhadap flora maupun terhadap usaha pelestarian lingkungannya. Sekarang kita dapat menyaksikan karya besar dan peningggalan berharga Raffles berupa Kebun Raya (Botanical Garden) di Bogor.</p> <p><strong> </strong><strong>Taksonomi dan Morfologi</strong></p> <p> Backer dan Backhuizen (1963) menggolongkan <strong><em>Rafflesia</em></strong> <strong>spp</strong>. ke dalam familia <strong>Rafflesiaceae</strong>. Menurut Sarwono (1997) di dunia terdapat 17 jenis Rafflesia, tetapi 7 jenis lainnya tidak dijumpai lagi dalam kurun waktu 50 tahun. Sepuluh jenis Rafflesia lainnya yang ditemukan di Indonesia kini mulai langka. Jenis-jenis tersebut yaitu ; <strong><em>R. arnoldi</em></strong> <strong>R. Br., <em>R. hasselti</em> Suringar, <em>R. atjehensis</em> Kooders, <em>R. witkampi</em> Kooders, <em>R. patma</em> Blume, <em>R. rochussenii</em> Teya, Binend, <em>R. zolingeriana</em> Kooders, <em>R. tuan mudae</em> Becc, <em>R. borneensis</em> Becc dan <em>R. ciliata </em>Kooders.</strong></p> <p> Rafflesia termasuk tumbuhan parasit karena seluruh hidupnya bergantung pada tumbuhan inangnya yaitu dari jenis <strong><em>Tetrasigma glabaratum</em></strong> dan <strong><em>Tetrasigma lanceolarium.</em></strong> Rafflesia<strong><em> </em></strong> tidak memiliki klorofil, tidak memiliki daun dan hidup melekat pada tumbuhan inangnya dengan alat pelekatnya menyerupai akar (haustorium) untuk menyerap makanan dari inangnya.</p> <p> Batang Rafflesia sangat pendek, memiliki beberapa sisik pada bagian bawah sedangkan pada bagian atasnya terdapat bunga yang ukurannya sangat besar. Sebagai contoh <strong><em>R. arnoldi</em></strong> diameter bunga saat mekar mencapai 1 meter sedangkan pada <strong><em>R</em></strong>. <strong><em>patma</em></strong> mencapai 52 cm.</p> <p> Bunga merupakan satu-satunya bagian tumbuhan yang dapat dilihat oleh mata. Perhiasan bunga baik kelopak maupun mahkota umumnya berwarna merah kecoklatan. Bunga jantan dan bunga betina terdapat pada individu berlainan (Dioecious). Pembentukan bunga umumnya diawali dengan pembengkakkan dalam akar tumbuhan inangnya, sedangkan kuncup bunga terbentuk pada bagian permukaan akar tumbuhan inang. Lamanya perkembangan kuncup tergantung pada jenis Rafflesia. Menurut Meijer (1958) pada <strong><em>R. arnoldi</em></strong> lamanya kuncup diperkirakan 310 hari sedangkan pada<strong><em> R. patma</em></strong> ± 8 bulan.</p> <p> Buah dan bijinya jarang ditemukan sedangkan ukuran bijinya sangat kecil , panjangnya lebih dari 1 mm dan lebarnya kurang dari 0,5 mm. Secara alami biji-biji Rafflesia dapat tumbuh dengan cara menyisipkan biji tersebut pada akar <strong><em>Tetrasigma sp</em></strong>. yang luka akibat injakan hewan berkuku.</p> <p> Menurut Hidayati (1986) penyerbukan dan penyebaran Rafflesia diduga dilakukan oleh hewan. penyerbukannyA diduga dilakukan oleh lalat hijau (<strong><em>Lucilia sp</em></strong>.) dan lalat abu-abu kehitaman (<strong><em>Sarchopaga sp</em></strong>.), sedangkan penyebarannya diduga dilakukan oleh hewan berkuku (landak), atau oleh hewan pengerat (tupai).</p> <p><strong> </strong><strong>Lokasi Penyebaran</strong></p> <p> Daerah penyebaran Rafflesia terbatas hanya di benua Asia. Meskipun anggota familia Rafflesiaceae dapat tumbuh dan tersebar di darah tropik maupun subtropik namun khusus untuk genus Rafflesia penyebarannya terbatas di daerah tropik dan umumnya dijumpai di hutan hujan tropik (<em>tropical rain forest</em>).</p> <p> Indonesia memiliki hutan hujan tropik cukup luas yang berfungsi sebagai habitat alami Rafflesia, tersebar di Sumatera Barat dan Utara, Jawa Barat, Tengah dan Timur serta Kalimantan Barat dan Timur. Disamping itu Rafflesia dapat dijumpai di Semenanjung Malayasia, Serawak dan Philipina. Akan tetapi keanekaragaman jenisnya lebih banyak ditemukan di Indonesia.</p> <p> Berikut adalah Tabel Lokasi Penyebaran Rafflesia spp. Menurut Meijer (1958).</p> <p> </p> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody> <tr> <td width="142" valign="top"> <p align="center"><strong>LOKASI</strong></p> </td> <td width="274" valign="top"> <p align="center"><strong>JENIS RAFFLESIA</strong></p> </td> </tr> <tr> <td width="142" valign="top"> <p align="center"><strong>SUMATERA</strong></p> </td> <td width="274" valign="top"><strong><em>R. arnoldi </em></strong><strong>R. Br.</strong><strong><em>R. hasselti </em></strong><strong>Suringar<em> </em></strong> <p><strong><em>R. atjehensis </em></strong><strong>Kooders<em> </em></strong></p> <p><strong><em>R. witkampi </em></strong><strong>Kooders<em> </em></strong></p></td> </tr> <tr> <td width="142" valign="top"> <p align="center"><strong>JAWA</strong></p> </td> <td width="274" valign="top"><strong><em>R. patma Blume</em></strong><strong><em>R. rochussenii</em></strong><strong> Teya, Binend<em> </em></strong> <p><strong><em>R. zolingeriana </em></strong><strong>Kooders<em></em></strong></p></td> </tr> <tr> <td width="142" valign="top"> <p align="center"><strong>KALIMANTAN</strong></p> </td> <td width="274" valign="top"><strong><em>R. tuan mudae </em></strong><strong>Becc<em></em></strong><strong><em>R. borneensis </em></strong><strong>Becc</strong> <p><strong><em>R. ciliata</em></strong><strong> Kooders</strong></p> <p><strong><em>R. witkampi </em></strong><strong>Kooders<em></em></strong></p></td> </tr> <tr> <td width="142" valign="top"> <p align="center"><strong>MALAYASIA</strong></p> </td> <td width="274" valign="top"><strong><em>R. hasselti</em></strong><strong> Suringar</strong></td> </tr> <tr> <td width="142" valign="top"> <p align="center"><strong>PHILIPINA</strong></p> </td> <td width="274" valign="top"><strong><em>R. manillata</em></strong><strong> Kooders</strong><strong><em>R. schandenbergiana</em></strong><strong> Gopp</strong></td> </tr> </tbody> </table> <p> </p> <p><strong> </strong><strong>Manfaat</strong></p> <p><strong> </strong>Sampai sekarang cara hidup dan manfaat jenis-jenis Rafflesia belum diketahui secara pasti dan masih menjadi misteri. Meskipun demikian pemanfaatannya untuk pengobatan tradisional telah diketahui sejak lama terutama oleh orang-orang yang hidup di sekitar lokasi ditemukannya Rafflesia.</p> <p> Di jawa dan Kalimantan tunas Rafflesia digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan ramuan dan jamu tradisional. Tunas tersebut dikumpulkan dan dikeringkan , kemudian dibuat ramuan jamu yang umumnya dikonsumsi oleh wanita. Di Jawa ramuan atau jamu tersebut disebut <strong>Patmosari </strong>karena bahanaya berasal dari tunas <strong><em>R. patma</em></strong>. Sedangkan di Sumatera, khusunya suku Sakai telah memanfaatkan bagian tumbuhan Rafflesia untuk menolong dan mengembalikan kesehatan wanita. Para ahli pengobatan menduga bahwa Rafflesia berkhasiat untuk melancarkan siklus menstruasi serta menghentikan pendarahan dini.</p> <p> Manfaat lain yang tidak kalah pentingnya adalah Rafflesia sebagai objek penelitian dan pendidikan bagi generasi muda dalam rangka memupuk kesadaran terhadap pentingnya usaha pelestarian lingkungan. Rafflesia juga merupakan aset negara yang berpotensi sebagai objek wisata berupa wisata flora langka yang umumnya sangat menarik minat wisatawan mancanegara untuk mengamatinya. Tentu saja pengelolaanya harus secermat mungkin supaya kegiatan wisata tersebut jangan sampai mengganggu apalagi merusak habitat alminya.</p> <p><strong> </strong><strong>Usaha Pelestarian</strong></p> <p> Salah satu penyebab semakin langkanya bunga Rafflesia yaitu terjadinya pengrusakan dan penyempitan habitat alaminya (hutan hujan tropis). Ancaman lain datang dari para pemburu dan kolektor flora langka termasuk para wisatawan asing yang mungkin saja jika tidak diawasi berusaha mendapatkan bunga Rafflesia lewat cara-cara ilegal, juga para perambah hutan yang secara langsung mengambil tunas Rafflesia untuk bahan dasar ramuan tradisionalnya semakin menambah kehawatiran hilangnya Rafflesia dari habitat alaminya.</p> <p> Menyadari pentingnya usaha melestarikan bunga tersebut, maka Pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian no. 6/MP/1961 tanggal 9 Agustus 1961 melarang dikeluarkannya Rafflesia dari habitat alaminya. Kemudian sejak tahun 1978 bunga Rafflesia dinyatakan sebagai jenis tumbuhan yang dilindungi dengan status nyaris punah.</p> <p> Dalam rangka menindaklanjuti keputusan tersebut , pemerintah melalui Direktorat Jenderal PHPA membentuk beberapa kawasan Cagar Alam sebagai sebagai tempat untuk melindungi dan melestarikan keberadaan Rafflesia secara penuh pada habitat alaminya dengan mengusahakan sedikit mungkin campur tangan manusia. Upaya pelstarian seperti ini dikenal sebagai <strong><em>konservasi in situ.</em></strong></p> <p> Selain konservasi in situ kita juga mengenal <strong><em>konservasi eksitu</em></strong> yaitu usaha pelestarian Rafflesia dengan cara memindahkan bunga tersebut dari habitat alaminya ke habitat buatan seperti ke Kebun Botani. Meskipun konservasi secara eksitu lebih mahal dan lebih sulit jika dibandingkan konservasi in situ, namun cara ini telah membawa hasil yang cukup menggembirakan bagi usaha pelestarian Rafflesia, seperti bunga Rafflesia yang tumbuh di Kebun Raya Bogor salah satu bukti keberhasilan konservasi eksitu. Keuntungan lain dari konservasi eksitu yaitu memudahkan para peneliti, peminat, pemerhati dan pengunjung bunga Rafflesia untuk meneliti sekaligus menikmati keindahan bunga tersebut tanpa harus merusak habitat alaminya.</p> <p> Usaha-usaha penelitian untuk menginventarisasi jenis-jenis dan potensi bunga Rafflesia yang tumbuh di Indonesia sudah selayaknya dilakukan secara kontinyu, karena hal ini erat kaitannya dengan usaha menjaga keanekaragaman hayati negara kita dari jarahan bangsa-bangsa lain. Hilangnya salah satu jenis Rafflesia dari bumi kita berarti hilangnya keanekaragaman genetik, hal ini berarti juga hilangnya tumpuan bagi kehidupan manusia saat ini maupun untuk generasi yang akan datang.</p> <p> Tentunya kita tidak ingin dikemudian hari nanti anak-anak dan cucu-cucu kita hanya mengenal bunga Rafflesia dari gambar dan ceita saja tanpa dapat menyaksikan keindahan alaminya, karena waktu itu Rafflesia hanyalah tinggal legenda. Kiranya penting juga untuk memperkenalkan Rafflesia beserta flora dan fauna langka lainnya sedini mungkin kepada generasi muda kita , supaya penanaman kesadaran terhadap pentingnya usaha melestarikan Rafflesia dan lingkungan kita dapat tumbuh dan berkembang di setiap jiwa generasi muda.</p> <p> Sebagai penutup kiranya perlu kita renungkan ucapan seorang bijak yang berkata bahwa <strong><em>“Bumi ini bukanlah milik kita tetapi titipan dari anak cucu kita “.</em></strong> Semoga bunga Rafflesia kebanggaan bangsa tidak hanya tinggal cerita.</p>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-15356538873717022752010-02-26T10:26:00.002-08:002010-02-26T10:27:57.588-08:00Bunga Menari di Kaki Panderman<h1>Bunga Menari di Kaki Panderman</h1> <span id="smalltxt">Published by <a href="http://eastjavatraveler.com/?author=1" title="Posts by admin">admin</a> on February 6, 2009 filed under <a href="http://eastjavatraveler.com/?cat=7" title="View all posts in CANDRAMATA" rel="category">CANDRAMATA</a>, <a href="http://eastjavatraveler.com/?cat=6" title="View all posts in FEATURES" rel="category">FEATURES</a> · <a href="http://eastjavatraveler.com/?p=279#Comments">Comments (0)</a></span> <p><a href="http://eastjavatraveler.com/wp-content/uploads/ejtcom_bunga-dsc_0342.jpg"><img class="alignleft size-medium wp-image-280" style="border: 0pt none ; margin: 8px; float: left;" title="ejtcom_bunga-dsc_0342" src="http://eastjavatraveler.com/wp-content/uploads/ejtcom_bunga-dsc_0342-300x199.jpg" alt="" width="300" height="199" /></a><strong>Pesona bunga-bunga itu memikat hati siapapun yang datang. Tak heran jika sebagian besar warga desa, melabuh harapan sebagai petani bunga.</strong></p> <p>Bermacam bunga siap menyapa siapapun yang hadir. Mata memandang tak henti hingga puas. Spontan hati berkata, sulit beranjak dari hamparan ini.</p> <p>Datang ke tempat yang masih sangat alami. Dengan lanskap pegunungan, hawa yang sejuk, aktifitas masyarakat pedesaan, warna-warni bunga, gemericik air, serta gubuk-gubuk di pematang lahan. Sebuah sensasi yang paling diburu sebagian besar dari kita untuk berlibur.</p> <p>Seperti yang ada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kotamadya Batu. Kondisi geografis yang berada di titik ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (dpl), memberi keuntungan bagi penduduk setempat. Tak ayal, hampir 80 persen dari 7513 jiwa jumlah penduduk di Desa Sidomulyo melabuh harapan sebagai petani bunga.</p> <p>Desa Sidomulyo dibagi menjadi tiga pedukuhan. Antara lain Dukuh Tonggolari, Tinjumoyo, dan Sukorembo. Dari ketiga dukuh itu, Dukuh Tonggolari yang paling nampak bergeliat aktifitas petani bunganya. Disamping itu, dukuh ini didukung dengan lahan yang jauh lebih memadai dari dua pedukuhan lainnya.</p> <p>”Karena lokasi lahan garapan Dukuh Tonggolari berada lebih luas dan lebih tinggi dari dua dukuh lainnya,” ujar Djatmiko, Kepala Desa Sidomulyo pada EastJava Traveler.</p> <p>Pertanian bunga Sidomulyo menghasilkan komoditi andalan yang tidak hanya satu macam saja. Melainkan bunga yang dihasilkan para petani setempat beraneka macam bentuk dan jenisnya. Bunga mawar, krisan, parijoto, cemara, selada, matahari, anggrek, cemara, dan masih banyak lainnya.</p> <p>Mulanya beberapa petani Sidomulyo menanam mawar sebagai komoditi andalan. Namun, beberapa tahun terakhir ini pangsa pasar yang rendah dan biaya perawatan mawar yang tinggi, tidak sebanding dengan sulitnya merawat tanaman mawar. Hal ini yang membuat sebagian besar petani di sana beralih ke tanaman lain.</p> <p>”Kalau kami hanya mengandalkan mawar sulit untuk memperoleh penghasilan yang lumayan, karena itu kami menanam tanaman lain seperti cemara,” jelas Misnu, 60 tahun, petani cemara asal Dukuh Tinjumoyo.</p> <p>Untuk perawatan mawar, tambah Misnu, kompres atau pemberian pupuk dan obat-obatan ketika musim penghujan dalam seminggu bisa tiga kali. Sedangkan bila tidak musim penghujan, seminggu cukup dua kali saja.</p> <p>Harga yang dipatok petani pada bunga-bunga hasil tanamannya cukup bervariatif. Seperti untuk bunga mawar Rp. 1.000 per tangkai, cemara jenis biasa ada pada kisaran Rp. 2.000 – 3.000 per poliback, bunga parijoto Rp. 1.000 per tangkai.</p> <p>”Tetapi harga itu bukan patokan, tergantung petani yang menjualnya dan jumlah pembeliannya,” kata Soeprapto, salah seorang petani di Dukuh Tonggolari.</p> <p><strong>Segmen Lokal</strong><br />Dari keseluruhan macam bunga yang dipanen. Rata-rata petani di Desa Sidomulyo memasarkannya berbeda-beda.</p> <p>Ada yang dipasarkan melalui koperasi desa, ada yang dipasarkan melalui kelompok petani sendiri dalam setiap dukuh, ada yang dipasarkan melalui pembentukan suatu unit usaha tani, dan adapula yang memasarkannya secara pribadi atau individu.</p> <p>Bahkan petani bunga di Desa Sidomulyo yang sukses dalam hal pemasaran, tak jarang dua minggu sekali didatangi pembeli asal luar kota langsung di lahannya.</p> <p>Menurut Djatmiko, Kades Sidomulyo, petani bunga didesanya hanya sekedar menjangkau segmen pemasaran lokal atau dalam negeri saja. Selain dijual di Kota Batu sendiri, penjualan sudah merambah beberapa kota besar seperti Bali, Nusa Tenggara Barat, Sidoarjo, Surabaya, Jakarta, Karanganyar, Tawangmangu, dan Semarang.</p> <p>Sedangkan Noergianto, 47 tahun, Kepala Dusun Tonggolari mengatakan, para petani dibantu perangkat dusun setempat bahkan sesekali melakukan sosialisasi, dan kunjungan ke sentra bunga yang ada di daerah lainnya.</p> <p>”Upaya ini dilakukan agar petani bunga di sini tak kalah dengan daerah lain, sehingga terobosan itu terus ada,” imbuh Noergianto.</p> <p><strong>Sentra Wisata</strong><br />Meski, aktifitas para petani bunga di Desa Sidomulyo terbilang masih baru, tak pelak mereka mulai dilirik banyak kalangan. Terlebih pada sisi komoditi kualitas jenis dan macam bunga yang dihasilkan.</p> <p>Padahal, sebagian dari para petani di desa ini bercocok tanam di lahan sewaan. Yang mana masing-masing lahan garapan sewa seluas 400 meter persegi untuk per petak.</p> <p>Di luar itu, keindahan alam yang ditawarkan juga cukup menjanjikan untuk dinikmati orang luar Kota Batu. Setidaknya seperti yang dilihat EastJava Traveler, ketika berkunjung ke lokasi ini. Hamparan bunga penuh warna, bentuknya yang indah, dan juga pemandangan sebelah selatan Gunung Panderman, serta utara Gunung Arjuna benar-benar sungguh mempesona.</p> <p>Melihat potensi ini, dari pemerintah tingkat II Kota Batu menganugerahi Desa Sidomulyo sebagai Desa Wisata Bunga. Penobatan ini ditetapkan pada tahun 2005.</p> <p>Karena itu pula, di pertigaan yang menghubungkan jalur dari Karang Ploso, Kota Batu menuju masuk Desa Sidomulyo telah terpasang gapura bertuliskan Selamat Datang Memasuki Wisata Bunga, Desa Sidomulyo.</p> <p>Dengan penobatan kawasan sentra bunga di Desa Sidomulyo, sebagai Desa Wisata Bunga itu juga membawa pengaruh yang signifikan. Khususnya bagi jumlah wisatawan yang datang ke sana. Jumlahnya bisa meledak bukan kepalang saat menginjak akhir pekan dan hari libur. Bahkan mereka (wisatawan) terkadang mampir langsung ke pematang sawah.</p> <p>Kedatangan mereka ada yang sengaja membeli bunga-bunga yang diminati, dan ada yang sekedar untuk berekreasi bersama keluarga sambil menikmati panorama alam yang ditawarkan.</p> <p>Seperti yang diungkapkan, Fauzan Kamil, wisatawan asal Kediri, datang ke Desa Bunga Sidomulyo memberi daya tarik tersendiri. Khususnya seperti keluarga saya yang senang akan keindahan bunga lengkap panorama alamnya.</p>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-50944505539940631482010-02-26T10:26:00.001-08:002010-02-26T10:26:51.165-08:00.NL: Saat Tulip Berbunga<div class="post-61 post hentry category-mijn-reizen category-the-netherlands tag-belanda tag-bunga tag-flowers tag-fotografi tag-keukenhof tag-leiden tag-lisse tag-the-netherlands tag-tulip tag-tulipa" id="post-61"> <h2><a href="http://hartanto.wordpress.com/2006/04/13/saat-tulip-berbunga/" rel="bookmark" title="Read .NL: Saat Tulip Berbunga">.NL: Saat Tulip Berbunga</a></h2> <small class="date"> <span class="date_day">13</span> <span class="date_month">04</span> <span class="date_year">2006</span> </small> <div class="entry"> <div class="snap_preview"><p><a title="Album @ Flickr" href="http://www.flickr.com/photos/hartanto/19876072/" target="_blank"><img src="http://static.flickr.com/15/19876072_8d5cdae45a_m.jpg" alt="Red Tulip" vspace="5" width="240" align="right" border="0" height="156" hspace="5" /></a>Bulan Maret hingga Mei adalah saat bunga Tulip menjadi primadona di negeri Belanda. Taman bunga raksasa yang bernama <strong>Keukenhof </strong>menyediakan kemewahan Tulip setiap tahunnya. Waktu yang sangat pendek dalam setahun untuk menyaksikan kemewahan akan keindahan Tulip menjadikan even ini termasuk yang sangat ditunggu oleh penyinta bunga. Eh, bukan hanya untuk para penyinta bunga, tapi juga bagi penyinta keindahan, penyinta fotografi, dan banyak lagi, termasuk penggembira yang tersesat di padang Tulip.<span id="more-61"></span></p> <p>Keukenhof mempunyai luas sekitar 32 hektar dengan gabungan lanskap tradisional dan modern, yang mampu menyatukan beragam keindahan tulip dengan bermacam bunga lainnya, juga terdapat windmollen/kincir angin sebagai pemanis bernuansa klasik di tengahnya. Terdapat juga rumah kaca dimana terdapat bermacam bunga “tropis”. Di dalam rumah kaca ini pula selalu diadakan pameran bunga internasional. Selain menyajikan keindahan taman bunga tulip, di Keukenhof juga sering diadakan parade bunga, terutama dalam rangka paskah.</p> <p><img src="http://static.flickr.com/45/129915577_3887f36410_m.jpg" alt="Various flowers showers" vspace="4" width="240" align="right" height="156" hspace="4" />Taman Keukenhof terletak pada posisi geografis <a title="Keukenhof on Google Maps" href="http://maps.google.com/maps?f=q&hl=en&sll=37.0625,-95.677068&sspn=31.509065,59.941406&q=keukenhof&t=k&ll=52.269891,4.547138&spn=0.00625,0.014634" target="_blank">sekian-sekian</a> (ehm, sekitar 52°16′15″ LU dan 4°32′50″ BT) termasuk dalam wilayah/region <strong><a title="Region Leiden" href="http://www.goleiden.nl/uk.html" target="_blank">Leiden</a></strong>, tepatnya di kota <strong>Lisse</strong>. Bagi calon pengunjung, sangat mudah mencapainya. Jika kendaraan utama adalah Spoor, maka arahkan perjalanan ke kota Leiden. Sesampai di stasiun <strong>Leiden Centraal</strong>, kita dengan mudah akan menemukan counter yang menyediakan angkutan bis dengan nomor bis 54, layanan khusus ini berlabel <strong>Keukenhof Express</strong>. Perjalanan pasti akan menyenangkan dari stasiun ke Keukenhof, karena akan melewati padang-padang bunga tulip yang sangat luas.</p> <p>Bagi yang berkendara mobil dapat langsung mengarah ke Lisse dengan sign “<strong>N207-Lisse</strong>“. Dan bagi yang mau naik sepeda, akan menjadi pengalaman ruarrr biasa karena akan melintasi dan menikmati luasnya padang tulip di sekitar Keukenhof. Sepeda bisa dititipkan pada pintu masuk.</p> <p>Ongkos masuk 12.5 E (dewasa), 11.5 E (Lansia), dan 5.5 E (anak-anak). Bagi yang bawa bis, parkirnya gratis… : )</p> <p><a title="Album @ Flickr" href="http://www.flickr.com/photos/hartanto/127748422/" target="_blank"><img src="http://static.flickr.com/53/127748422_bb8c7839ed_m.jpg" alt="Orange Flowers" vspace="5" width="240" align="right" border="0" height="157" hspace="5" /></a>Bagi yang maniak fotografi, sebaiknya sedia roll film banyakan (dan beli aja di luar arena, karena harga didalam akan lebih mahal). 3 atau 4 roll isi 36 tentunya sangat tidak cukup. Dan bagi yang bawa kamera digital, dengan setting 1 Megapiksel, sebaiknya bawa memori dengan kapasitas minimal 500 Megabita. Kita tidak pernah akan selesai dengan klik sana klik sini selama masih dalam arena taman ini… <strong>dijamin</strong>… hehehe…</p> </div> </div> </div>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-59485951301472146012010-02-26T10:20:00.000-08:002010-02-26T10:21:14.266-08:00Tips membuat tanaman di rumah<!-- start middle column --> <div id="leftContent"> <h3>Tips membuat tanaman di rumah</h3> <div class="tanggal">Selasa, 05 Mei 2009, 15:31</div><br /><div class="artImage"><img src="http://greenlifestyle.or.id/stocks/tips/1252327905.jpg" alt="http://www.flickr.com/photos/pandiyan/151860191/" title="Sumber: http://www.flickr.com/photos/pandiyan/151860191/" /></div> <blockquote><span class="before"><p>Tanaman ternyata memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu menghasilkan oksigen yang secara langsung digunakan oleh manusia. Selain itu, beberapa jenis tanaman juga punya ‘kemampuan khusus' misalnya: mengurangi polusi, menghisap asap rokok, mendatangkan kupu-kupu yang membantu proses penyerbukan, memiliki daya serap air yg tinggi, dapat menarik permukaan air tanah supaya lebih dekat ke permukaan, membantu menyimpan air di bawah tanah, dll.</p></span></blockquote> <p>Adapun kebutuhan manusia adalah sekitar 2,9 kg O<sub>2</sub>/hari atau sekitar 0,12 kg O<sub>2</sub>/jam. Jadi kalau di rumah kita tinggal 4 orang, diusahakan ada minimal 4 tanaman semak atau 1 pohon.</p> <ul><li>Pada umumnya tanaman itu butuh banyak air pada saat dia pertama kali ditanam, karena pada saat itu tanaman sedang beradaptasi dengan lingkungan barunya. Tapi pada saat akarnya sudah bisa menembus tanah, penyiraman sudah bisa dikurangi. Apalagi kalau tanaman tersebut ditanam di tanah (bukan di pot). Waktu penyiraman paling baik adalah pagi sebelum jam 9 atau sore setelah jam 16, sehingga penguapan bisa diminimalisir.<br /><br /></li><li>Sebaiknya untuk daerah yang kesulitan air tidak dianjurkan untuk menanam jenis palem-paleman (Palmae), karena tanaman ini membutuhkan air setiap harinya rata-rata 60 liter. Namun ada pula jenis tanaman yang memiliki kemampuan untuk "menaikkan" air tanah yaitu pohon Gayam (<em>Inocarpus edulis</em>).<br /><br /></li><li>Tanaman Perdu/Semak (Shrubs) yang bisa mereduksi polusi antara lain Bugenvil (<em>Bougainvillea</em> sp), Puring (<em>Codiaeum variegatum</em>), Nusa Indah (<em>Mussaenda</em> sp), Sri Rejeki (<em>Aglaonema</em> sp), Taiwan Beauty (<em>Cuphea</em> sp). Jenis-jenis tanaman ini merupakan tanaman yang tidak sulit dirawat.</li></ul> <p><strong>Yang ‘tidak sulit dirawat'</strong></p> <p>Spesifikasi ‘tidak sulit dirawat' adalah, untuk pertumbuhan tanaman dengan baik, tanaman tersebut tidak memerlukan pupuk, tidak harus dipangkas setiap 2 minggu, tidak mudah terkena penyakit dan hanya memerlukan air untuk pertumbuhannya.</p> <p>Yang bisa mengurangi (polusi) asap rokok misalnya Pedang-pedangan (<em>Sansiviera</em> sp), Katis Kodok (<em>Sansiviera trifasciata</em>), atau jenis tanaman sukulen lainnya. Tanaman ini pun cukup efektif fungsinya apabila diletakkan di dalam ruangan (<em>indoor plants</em>).</p> <p>Adapun jenis tanaman yang bisa mendatangkan serangga terutama adalah jenis tanaman yang berbunga. Misalnya:<br /><br />• Lantana (<em>Lantana camara</em>)<br />• Pacar air (<em>Impatiens balsamina</em>)<br />• Cosmos (<em>Cosmos</em> sp)<br />• Melati (<em>Jasminum sambac</em>)<br />• Kaca Piring (<em>Gardenia augusta</em>)<br />• Soka (<em>Ixora</em> sp)<br />• Sutra Bombay (<em>Portulaca grandiflora</em>)<br />• Batavia (<em>Jatropha pandurifolia</em>)<br />• Nusa Indah (<em>Mussaenda</em> sp)<br />• Bawang-bawangan (<em>Zephyrantes pintoii</em>)<br />• Mandevilla (<em>Mandevillae</em> sp)<br />• Oleander (<em>Nerium oleander</em>)<br />• Tapak Dara (<em>Vinca rossae</em>)<br />• Kembang Sepatu (<em>Hibiscus rosa-sinensis</em>)<br />• dll</p> <p><strong>Mau cari tanaman yang mendatangkan burung? </strong><br />Biasanya jenis tanaman (terutama pohon atau perdu) yg memiliki buah atau bunga. Misalnya Flamboyan (<em>Delonix regia</em>), Dadap Merah (<em>Erythrina crystagelli</em>), Bunga kupu-kupu (<em>Bauhinia purpurea</em>), Sikat Botol (<em>Callistemon speciosa</em>), Kamboja (<em>Plumeria</em> sp), Trembesi (<em>Samanea saman</em>), Bungur (<em>Lagerstromia loudonii</em>), dll.</p> <p>‘<em>Gardening</em>' yang baik bukan hanya mengetahui jenis tanamannya. Tapi kita juga harus mempelajari habitat hidup tanaman tersebut. Misalnya sebagian besar tanaman yang berbunga tidak bisa ‘cantik' di tempat yang ternaungi (teduh/<em>shade</em>). Kalaupun bisa hidup, biasanya tidak berbunga.</p> <p><strong>Komposisi tanaman</strong><br />Kalau sudah menguasai habitat tanaman tersebut, langkah berikutnya tinggal menentukan komposisi tanaman. Hal ini juga dipengaruhi oleh bentuk rumah dan posisi rumah tersebut.</p> <p>Tanaman dapat dikomposisikan berdasarkan strata tinggi rendah tanaman (tanaman tinggi ada di belakang dan tanaman rendah ada di bagian depan), tekstur (bentuk) daun tanaman dan warna bunga atau daun.</p> <p>Jadi, taman yang hanya 2 x 3 m<sup>2</sup> pun bisa menjadi taman yang memiliki nilai fungsi dan estetika yang optimal.</p></div>perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8249616885322255639.post-9759274568245359542010-02-20T06:17:00.000-08:002010-02-20T06:27:00.668-08:00<meta http-equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDICKSO%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDICKSO%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDICKSO%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true" DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99" LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Verdana; panose-1:2 11 6 4 3 5 4 4 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:536871559 0 0 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; text-align:justify; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; text-align:justify; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:1955209292; mso-list-template-ids:-1838671320;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Symbol;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; text-align:justify; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt; text-align: left; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span><span style="font-size: 18pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: fuchsia;">Syarat Hidup Anthurium</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;"><br /></span><i><span style="font-size: 7.5pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">Rabu, 06 Juni 2007 18:21:47</span></i><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">Tanaman anthurium termasuk tanaman yang bandel dan tidak manja. Jadi, memiliki dan merawat tanaman anthurium tidak repot. Tanaman ini, misalnya, tak butuh pemangkasan seperti pada tanaman cemara udang. Juga tak terlalu digemari kutu atau hama seperti pada tanaman sikas.<br /><br />Anthurium juga dikenal sebagai tanaman dari keluarga arracae yang paling mudah beradaptasi dengan lingkungan.<br /><br />Yang paling penting, jangan abaikan beberapa persyaratan hidup dibawah ini:<br /><br /></span><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">A. LOKASI:</span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;"><br />Pada dasarnya, di Indonesia, tanaman anthurium dapat beradaptasi dengan baik di segala tempat: baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Namun untuk menjamin pertumbuhan anthurium yang bagus, daerah atau lingkungan tumbuh ideal bagi anthurium adalah di dataran menengah (medium) sampai dataran tinggi (antara 600 m – 1.400 m dpl).<br /><br /></span><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">B. SUHU:</span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;"><br />Anthurium daun tumbuh ideal di dataran sedang yang bersuhu 24—28º C pada siang hari dan 18—21º C pada malam hari. Karena pada suhu tersebut menyebabkan perangsangan produksi klorofil (zat hijau daun) lebih banyak, sehingga warna daunnya menjadi lebih hijau. Namun, tanaman yang gampang perawatannya ini juga dapat beradaptasi dengan baik di daerah dataran rendah yang bersuhu 28—31º C pada siang hari dan 21—25º C pada malam hari. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;"><br /></span><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">C. KELEMBABAN:</span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;"><br />Kelembapan adalah jumlah kandungan air di udara pada suatu lokasi. Anthurium dapat hidup pada kelembapan cukup tinggi, yakni 60—80%. Kalau kelembapan kurang dari 60%, tanaman akan cepat layu. Sedangkan, jika kelembapan lebih dari 80% akan memicu tumbuhnya jamur pada media sehingga mengancam kesehatan tanaman. Penyiraman pada tanah atau semprotan air yang lembut pada tanaman dapat meningkatkan kelembapan. Untuk mengukur kelembaban, gunakan Higrometer, alat pengukur suhu, yang bisa dibeli di toko2/ apotek di kota anda.<br /><br /></span><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">D. SINAR MATAHARI:</span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;"><br />Sebagai tanaman yang hidup di daerah menengah dan tinggi, Anthurium tidak tahan terhadap panas matahari langsung. Tanaman anthurium yang menerima sinar matahari secara langsung atau berlebihan akan mengalami dehidrasi: daun-daunnya mongering atau hangus terbakar. <br /><br />Sebaliknya bila kekurangan cahaya juga dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu. Misalnya, daun menjadi pucat atau lemas.<br /><br />Yang ideal, anthurium membutuhkan tempat yang semi teduh (semi naungan). Kira-kira, lingkungan yang menerima sinar matahari dengan intensitas cahaya sekitar 30-60 %.<br /><br />Jika Anda tinggal di dataran rendah seperti Jakarta, atau Surabaya, sebaiknya menggunakan </span><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">shading net</span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">, yang berukuran 65% atau jika lokasi Anda di dataran menengah bisa menggunakan shading net berukuran 55%.<br /><br /></span><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">E. ANGIN DAN SIRKULASI UDARA:</span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;"><br />Angin dan sirkulasi udara berkaitan erat dengan hal-hal yang sudah sebut di atas. Dalam kondisi suhu udara meninggi, maupun rendah sirkulasi udara bisa menjaga kestabilan kelembaban.<br /><br /></span><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">F. AIR</span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">:<br />Seperti halnya pada tanaman lain, air merupakan unsur penting untuk pembentukan akar, cabang, daun dan bunga. Namun dalam soal air, bagi Anthurium bisa dibilang, “malu-malu tapi mau”. Tepatnya, dia membutuhkan media tanam yang lembab. Penyiraman hanya dilakukan bila media telah kering. Media yang becek tergenang air, tidak bersahabat bagi tanaman ini. Kebanyakan air siraman, bisa membuat anthurium celaka, karena akar anthurium membusuk.<br /><br />Penyiraman sebaiknya dilakukan dua hari sekali hanya bila cuaca panas atau pada musim kemarau. Tapi bila musim hujan, lihat kondisi dulu. Kalau media masih basah, penyiraman tidak perlu dilakukan.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">Kalau bisa, selalu gunakan air yang bersih dan bebas dari pencemaran.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">G. MEDIA TANAM:</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">Media tanam memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan kesehatan anthurium.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">1. Syarat Media Tanam</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: left; line-height: normal;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif";">Derajat keasaman (pH) media tanam yang ideal bagi anthurium adalah 6—7. Namun, anthurium masih mungkin hidup di media ber-pH 5,5 atau 6,5. Pada pH 7 atau netral, anthurium dapat tumbuh optimal karena ketersediaan unsur hara pada media terpenuhi dan ada jaminan kemampuan akar dalam menyerap nutrisi atau zat hara. Angka pH sangat penting karena berpengaruh pada kandungan unsur hara di media. Media disebut masam (tanda media miskin hara) jika angka pH di atas 7, dan disebut basa jika pH ada di bawah angka 7. Pada kondisi media asam, . umumnya cendawan lebih mudah tumbuh, meski ada juga cendawan yang tumbuh pada media ber-pH netral atau sedikit basa seperti jamur fusarium.<br /> Cara untuk menaikkan pH media tanam, taburkan dolomit secara bertahap. Dolomit mengandung kalsium dan magnesium karbonat. Sebaliknya jika media dianggap terlalu basa, kita bisa menaburkan belerang pada media tanam. Cara yang paling praktis, ganti saja media tanamnya.<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: left; line-height: normal;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif";">Porositas adalah kemampuan media dalam menyerap air. Tingkat porositas tanaman di setiap daerah berbeda-beda. Di daerah dataran rendah yang berudara panas, sehingga tingkat penguapannya tinggi, media harus mampu menahan air sehingga tidak mudah kering. Sedangkan di daerah dataran sedang dan tinggi yang umumnya sering hujan, gunakan media berporositas tinggi atau tidak boleh mengikat air terlampau banyak. Komposisi media yang digunakan sangat menentukan tingkat porositasnya. <o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: left; line-height: normal;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif";">Steril artinya media harus terbebas organisme yang dapat menyebabkan penyakit, seperti bakteri, spora, jamur, dan telur siput. Cara melakukannya cukup gampang, ada yang mengukus media tanam, menjemur seharian di terik matahari, menyiram media dengan air panas, ada juga yang merebus pupuk kandang sebelum digunakan. Cara lainnya yang sering dipraktikkan adalah menebarkan Furadan atau Basamine G ke media tanam untuk meracuni semut atau cacing.<o:p></o:p></span></li></ul> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">2. Jenis dan Komposisi Media Tanam<br />Bahan organik yang digunakan bisa berupa pupuk kandang, kompos, humus, cincangan pakis, serutan kayu, dan arang. Komposisi media yang digunakan bisa berbeda-beda untuk setiap petani atau nurseri, tergantung pada iklim setempat. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">Berikut beberapa variasi komposisi media yang selama ini dianggap ideal.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: left; text-indent: -18pt; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">- Pakis dan Sekam bakar (arang sekam) dengan perbandingan 1 : 4. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: left; text-indent: -18pt; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">- Sekam bakar dan pupuk kandang yang difermentasi dengan perbandingan 1: 1.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: left; text-indent: -18pt; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">- Cacahan pakis dan kadaka (1:1).</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: left; text-indent: -18pt; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">- Pakis, humus, dan pupuk kandang (1:1:1).</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">Fungsi masing-masing komponen media:</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">· </span><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">Pakis</span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;"> mempunyai rongga udara yang banyak, membuat akar tanaman bisa berkembang dengan nyaman dan memperoleh air dengan mudah. Pakis dikenal sebagai bahan campuran media yang bisa menyimpan air dalam jumlah cukup, sekligus drainase dan aerasinya mantap. Daya tahannya sebagai bahan media juga baik, yakni tidak mudah lapuk. Sangat layak digunakan di daerah dengan curah hujan tinggi.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">· </span><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">Sekam bakar</span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;"> dianggap memiliki daya serap terhadap air yang sedikit, tetapi aerasi udaranya sangat baik. Sekam disarankan sebagai bahan campuran media, tetapi digunakan sekitar 25% saja, karena dalam jumlah banyak akan mengurangi kemampuan media dalam menyerap air</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">· </span><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">Pupuk kandang,</span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;"> baik berupa kotoran unggas atau ternak, atau humus dianggap memiliki kandungan N yang sangat menunjang dalam pembentukan daun, menjadikan daun lebih sehat dan segar serta membentuk sel dan jaringan pada tanaman. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">Disarankan, setiap komponen dari media tersebut, disterilkan, guna menjaga tanaman terhindar dari jamur dan bakteri. Sterilisasi yang lazim dilakukan adalah dengan mengukus atau menyiram dengan air panas terlebih dulu pada komponen-komponen tersebut.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Verdana","sans-serif"; color: black;">(Dikutip dari buku <i>Pesona Anthurium Daun</i> karangan Kurniawan Junaedhie, Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta) </span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> perkebunanhttp://www.blogger.com/profile/13655951470022279356noreply@blogger.com0